- Massive Music Entertainment hadir di JAFF Market 2025 menawarkan solusi berbasis teknologi dan data untuk kurasi lagu film.
- Inovasi utama Massive Music adalah Composync, teknologi berbasis data untuk efisiensi pencarian dan lisensi musik film.
- CEO Irfan Aulia menekankan teknologi ini mempercepat pengambilan keputusan musik yang lebih akurat daripada sekadar referensi personal.
Suara.com - Massive Music Entertainment kembali meramaikan JAFF Market 2025 dengan membawa solusi konkret bagi para storyteller, mulai dari produser, sutradara atau editor, dalam menemukan lagu yang tepat untuk sebuah adegan film.
Setelah sukses dengan inisiatif “Music Supervisor” tahun lalu, tahun ini strategi Massive Music bertumpu pada efisiensi berbasis teknologi dan data.
Berbekal slogan #CariLaguCariMassive, Massive Music merespons kebutuhan industri akan proses lisensi dan kurasi yang lebih efisien.
Salah satu inovasi andalan tahun ini adalah Composync, teknologi pencarian lagu berbasis data yang tengah dikembangkan Massive Music.
Sistem ini diproyeksikan dapat memangkas waktu pencarian lagu serta meningkatkan akurasi dalam pemilihan aset musik bagi rumah produksi maupun studio film.
Dalam wawancara khusus, Irfan Aulia, Chief Executive Officer Massive Music, memaparkan perjalanan panjang serta pembaruan yang tengah dilakukan perusahaannya sepanjang 2025.
Irfan menjelaskan bahwa dalam proses menentukan musikalitas sebuah film, ada tiga peran utama yang memegang kendali kreatif: sutradara, executive producer, dan editor. Ketiganya, ujar Irfan, secara alami bekerja berdasarkan muscle memory, referensi musik yang melekat dalam pengalaman personal mereka.
“Kalau aku suka Sheila On 7, Padi, Cokelat, biasanya memoriku balik-baliknya ke sana lagi,” tuturnya.
Padahal, tidak semua adegan membutuhkan musik yang familiar. Banyak momen film yang justru menuntut pilihan yang lebih spesifik dan akurat.
Baca Juga: Soundrenaline Sana-Sini Bandung: Ketika Jalan Braga Menjadi Panggung Kreatif Raksasa
"Bisa saja, musik dalam film tersebut membutuhkan sesuatu yang lebih tepat untuk scene, adegan, soundtrack. Bukan hanya lagu-lagu yang ada di muscle memory kita," imbuh Irfan.
Selama 20 tahun beroperasi, Massive Music telah mengumpulkan puluhan ribu data musik yang kini dapat diolah sebagai rekomendasi kreatif. Irfan memberikan contoh sederhana: untuk adegan pertarungan yang berakhir tragis, sistem mampu memberikan daftar lagu yang sesuai suasana. Dari sana, pengguna dapat menelusuri lagu-lagu serupa untuk menemukan pilihan terbaik.
Kemudian, gitaris sekaligus pendiri band Samsons tersebut menguraikan enam pilar utama pekerjaan seorang music supervisor, dimulai dari creative search, fondasi proses pencarian lagu yang paling sesuai untuk sebuah adegan.
Setelah proses kreatif selesai, barulah rekomendasi disampaikan kepada para pengambil keputusan.
“Yang ingin kami lakukan adalah mengakselerasi proses pengambilan keputusan. Kalau creative search-nya sudah tepat, kita bisa langsung masuk ke tahap berikutnya: perizinan,” ujarnya.
Tahap perizinan meliputi pengecekan pencipta lagu, pengelola hak, hingga kecocokan dengan anggaran musik film tersebut. Setelah itu, proses berlanjut ke administrasi: kontrak, cue sheet, dan dokumen legal lainnya.
Berita Terkait
-
Daftar Konser di Jakarta Akhir Tahun Ini, Kamu Sudah Amankan Tiketnya?
-
Suara Lantang Melly Goeslaw di Senayan: Desak Audit Menyeluruh dan Revolusi Digital di Tubuh LMKN
-
Rencana Besar Band Ali Tahun Depan: Tur, Rilisan Baru, dan Ekspansi Global
-
Reality Club Sajikan Momen Syahdu dan Seru di Panggung Joyland Sessions 2025
-
Mengenal YOASOBI Lewat 5 Lagu Paling Populer Mereka
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
Terkini
-
Baca 41 Buku tentang Nabi Muhammad, Mongol Stres Temukan Pedoman Hidup
-
Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
-
Hati Ivan Gunawan Tergerak, Salurkan Rp150 Juta untuk Korban Banjir Sumatera Lewat Mandjha Hijab
-
Ghea Indrawari Akhirnya Buka Suara Soal Insiden Makanan Basi di Konser, Titip Pesan Ini Buat Panitia
-
Hotman Paris Soroti Laporan Inara Rusli: Penipuan dalam Hubungan Asmara Sulit Dibuktikan
-
Westlife Balik ke Jakarta Bawa Konsep Orkestra Megah Buat Konser, Tiket Termurah Mulai Rp800 Ribuan
-
Hoaks Tak Hormati Lagu Indonesia Raya, Astrid Kuya Lapor Polisi
-
Sisi Lain Sang Rockstar: Marcello Tahitoe Ternyata Rutin Pakai Skincare demi Penampilan
-
Ajak Ameena Nonton Konser BLACKPINK, Kok Aurel Hermansyah Disentil Netizen?
-
Habib Usman Umumkan Kartika Putri Telah Melahirkan, Anaknya Diberi Nama Bak Petinju