Foto / News
Sabtu, 11 Desember 2021 | 10:55 WIB
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]
Profesor Fakultas Kedokteran Universitas Tsinghua, Zhang Linqi menunjukkan dua antibodi monoklonal di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). [NOEL CELIS / AFP]

Suara.com - Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua, Beijing, China, pada (9/12/2021). Otoritas obat di China telah memberikan persetujuan darurat untuk terapi antibodi monoklonal, yang merupakan jenis protein yang menempel pada lonjakan protein COVID-19, serta bisa mengurangi virus saat memasuki sel-sel dalam tubuh.

Dari hasil uji coba menunjukkan sekitar 80 persen terapi kombinasi bisa mengurangi risiko pasien rawat inap dan pasien yang berisiko tinggi meninggal dunia. [NOEL CELIS / AFP]

Load More