Suara.com - Lelaki yang mengonsumsi suplemen vitamin E dan selenium secara teratur lebih mungkin berisiko terkena kanker prostat hingga dua kali lipat. Namun risiko tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah selenium yang sudah ada dalam tubuh mereka.
Demikian hasil penelitian terkini yang dilakukan oleh dr Alan Crystal dari Cancer Prevention Program di Fred Hutchinson Cancer Research Center.
Ia mengatakan, lelaki yang memiliki banyak selenium dalam tubuhnya berisiko dua kali lipat terkena kanker prostat jika mereka masih mengonsumsi suplemen selenium atau vitamin E.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute juga menemukan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin E dapat meningkatkan risiko kanker prostat jika tubuh seseorang kekurangan selenium.
Menurut Crystal, cara nyata untuk menghindari risiko tersebut sebenarnya mudah, yaitu dengan tidak mengonsumsi suplemen selenium atau vitamin E secara berlebihan.
"Tidak ada bukti jelas yang menunjukkan manfaat suplementasi vitamin E dan selenium dalam dosis tinggi. Jadi mengapa harus melakukannya? " imbuhnya.
Meski begitu, Crystal menjelaskan bahwa laki-laki masih bisa mengonsumsi multivitamin tersebut secara teratur. Hasil ini ditemukan setelah para peneliti meminta para peserta untuk mengonsumsi suplemen tersebut secara teratur selama 12 tahun, tetapi dihentikan pada awal 2008 setelah mengetahui bahwa tidak ada manfaat dari suplemen selenium. Terlebih diketahui pula bahwa suplemen tersebut benar-benar meningkatkan risiko kanker prostat.
Kemudian mereka melakukan analisis data pada 3.117 lelaki tanpa kanker prostat, dan 1.739 lelaki yang menderita kanker prostat. Mereka menemukan bahwa jumlah selenium dalam tubuh peserta ternyata mempengaruhi risiko.
Lelaki dengan tingkat rendah selenium dan vitamin E memiliki risiko kanker prostat 63 persen lebih tinggi dan meningkatkan kanker yang agresif hingga 111 persen .
Hasil penelitian ini harus dipertimbangkan jika Anda memiliki kebiasaan mengonsumsi suplemen selenium atau vitamin E setiap hari. Perhatikan juga tingkat selenium dalam tubuh Anda untuk menghindari risiko tersebut. (Health Day News)
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional