Suara.com - Alzheimer tidak datang secara tiba-tiba saat lanjut usia, melainkan muncul akibat berbagai aktivitas yang dilakukan dan tidak dilakukan saat usia muda. Matinya sel otak yang menyebabkan Alzheimer mulai terjadi sejak usia muda, bisa mencapai 20 tahun sebelum terserang Alzheimer.
Executive Director Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya, menjelaskan demensia merupakan penurunan fungsional otak yang tidak dapat dihindarkan, namun risiko dapat dikurangi dengan deteksi dini melalui berbagai aktivitas yang merangsang otak.
“Olahraga 150 menit per minggu, makan sayur dan buah setiap hari bisa mengurangi resiko terserang Alzheimer,” kata DY dalam Talk Show “Demensia: Bisakah Kita Kurangi Risikonya?” di Erasmus Huis Jakarta.
Selain itu, penelitian WHO terbaru menunjukkan perokok mempunyai resiko 45 persen lebih tinggi terserang kepikunan dibanding orang yang tidak merokok. Diperkirakan 14 persen penderita Alzheimer disebabkan rokok.
“WHO juga memperingatkan bahwa perokok pasif juga berisiko terserang pikun,” tutur DY.
Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr. Czeresna Heriawan Soejono, memaparkan beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu: tekanan darah tinggi, diabetes mellitus dan resistensi insulin, dyslipidemia, merokok, obesitas, dan gagal jantung. Faktor-faktor tersebut dapat diantisipasi dengan pendekatan farmakologi dan non-farmakologi.
“Resiko penyebab kerusakan kognitif pada otak berdasarkan kondisi kesehatan seperti contohnya tekanan darah tinggi, diabetes mellitus dan obesitas dapat diminimalisir dengan mengurangi asupan garam, asupan berlemak, perencanaan makan, dan latihan fisik,” kata Dr. Heriawan.
“Pengelolaan non-farmakologi adalah dengan melibatkan diri pada kehidupan sosial yang lebih intensif, melakukan aktifitas yang menstimulasi fungsi kognitif, melakukan latihan memori dan latihan relaksasi, dan tentunya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari.”
Pakar neurologi Universitas Atmajaya, Dr. Yuda Turana, menjelaskan bahwa olahraga dapat meningkatkan Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF), yaitu protein utama yang mengatur pemeliharaan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup neuron (sel saraf).
“Olahraga juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Olahraga yang terprogram dan menyenangkan dapat meningkatkan regenerasi sistem saraf sensorik,” katanya.
Sementara, stimulasi mental dapat dilakukan dengan cara stimulasi kognitif seperti membaca, menulis dan bermain papan/kartu permainan. Stimulasi mental yang rutin dapat menurunkan risiko kehilangan ingatan 30-50 persen, seseorang dengan kognitif pasif di usia tua memiliki potensi resiko 2,6 kali terkena demensia dibanding kognitif aktif.
“Sementara itu, memperbanyak aktivitas sosial seperti mengunjungi saudara, kerja sosial dan melakukan ibadah dapat mencegah penurunan kognitif di usia tua,” ujar Dr. Yuda.
“Melakukan kegiatan spektrum luas yang mengandung lebih dari satu komponen (mental, fisik, sosial) lebih bermanfaat dibandingkan hanya terlibat pada satu jenis kegiatan saja.”
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah