Suara.com - Menurut data TNP2K tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 18.000 jiwa.
Namun hingga saat ini, stigma negatif tentang anak penyandang disabilitas masih tinggi. Akhirnya anak-anak tidak berdosa ini pun harus dikucilkan dari pergaulan teman-temannya. Bahkan beberapa anak harus mendapatkan perlakuan tak semestinya dari keluarganya.
Menurut data yang dihimpun Save The Children bersama IKEA Foundation di Jawa Barat hingga Juni 2014 terdapat 187.000 anak dengan disabilitas.
Yang memilukan hati, beberapa di antaranya mendapat perlakuan buruk dari keluarganya seperti dikurung, dipasung hingga disembunyikan oleh orang tuanya sendiri.
Hal ini disampaikan Wiwied Trisnadi selaku Project Manager Save The children pada acara talkshow "Save the Children Mendukung Kesetaraan Hak dan Kesempatan bagi Anak - Anak Berkebutuhan Khusus" di Jakarta, Selasa (9/12/2014).
"Angka anak dengan disabilitas seringkali hidden population. Banyak dari mereka yang justru disembunyikan oleh orangtuanya selama bertahun-tahun sehingga tidak terdeteksi oleh sensus," kata Wiwied.
Perlakuan diskriminasi terhadap anak dengan disabilitas ini merupakan tindakan pelanggaran hak-hak anak yang diatur oleh Undang-undang.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diwakili oleh Nurti Mukti Wibawati selaku Asisten Deputi Penanganan Anak Berkebutuhkan Khusus menganggap bahwa banyak orang tua yang melanggar hak-hak anak dengan disabilitas, tapi sanksi yang diberikan pun tidak serta merta berupa sanksi pidana.
"Tindakan orangtua yang menyiksa anaknya sendiri yang berkebutuhan khusus sudah pasti melanggar hak anak. Oleh karena itu kami di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan sosialisasi agar hal ini tak dilakukan para orang tua lainnya," ujar Nurti yang ditemui usai talkshow.
Ia mengimbau para orangtua yang dikaruniai anak dengan disabilitas untuk menerima titipan Tuhan ini dengan lapang dada. Ia justru menilai bahwa kasih sayang orang tua lah yang mampu meningkatkan kualitas hidup anaknya tersebut.
"Orangtua harus memperlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak. Jadi, jangan lagi ada orang tua yang mengurung si anak, diumpetin. Justru dukungan dari orangtua yang membuat anak dengan disabilitas kuat menjalani hidupnya," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit