Suara.com - Kurang paparan sinar matahari yang mengandung vitamin D ternyata tak hanya buruk bagi kesehatan kulit dan tulang, tetapi juga bisa memicu kanker pankreas.
Ini ditunjukkan dari hasil studi terkini yang diterbitkan dalam Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology, belum lama ini.
Dalam studi tersebut para peneliti dari Universitas California San Diego School of Medicine menemukan, kasus kanker pankreas tertinggi terjadi di negara-negara yang paling sedikit terpapar sinar matahari.
"Jika Anda tinggal di tempat yang sangat berawan, Anda tak mendapatkan cukup vitamin D, yang berarti risiko lebih tinggi terkena kanker pankreas," kata penulis studi Dedric F Garland, DrPH.
Kasus kanker pankreas di wilayah yang dekat dengan garis ekuator, lanjut dia, sekitar satu per enam. Kekurangan paparan sinar matahari yang menyebabkan kekurangan asupan vitamin D bisa berkontribusi pada risiko kanker pankreas.
Makanan seperti ikan salmon, tuna, keju dan kuning telur secara alami, kata Garland, memang mengandung vitamin D, tapi kadarnya hanya sedikit.
Para ahli mengungkapkan, di samping dari makanan, orang-orang juga membutuhkan tambahan vitamin D yang diproduksi tubuh saat kulit terpapar sinar matahari.
Kulit yang tidak terpapar sinar matahari langsung seperti terhalang kaca jendela, tidak akan memproduksi vitamin D. Selain itu, langit yang berawan dan kulit berwarna gelap diketahui bisa mengurangi produksi vitamin D.
Berdasarkan data dari World Cancer Research Fund International, diketahui kanker pankreas merupakan salah satu dari 12 jenis kanker paling umum di dunia. Tercatat, 338 ribu kasus baru terdiagnosa setiap tahunnya.
Angka kejadian kanker ini terjadi paling tinggi di Amerika Utara dan Eropa. Sementara angka terendah terjadi di Asia dan Afrika. (eurekalert.org)
Berita Terkait
-
Editan Foto AI Ungkap Perjalanan Luar Biasa Wanita Ini Melawan Kanker Tulang Viral di Media Sosial!
-
BAFLIONSRUN 2025: Sport Tourism dengan Misi Mulia untuk Pejuang Kanker Anak
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?