Stunting atau bayi tumbuh pendek masih menjadi permasalahan gizi utama di Indonesia. Kondisi ini bukan disebabkan karena faktor genetik tapi terkait dengan masalah gizi selama kehamilan. Akibatnya janin mengalami gangguan pertumbuhan dengan indikasi pendek, kurus, atau pendek dan kurus.
Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, Ni Ketut Aryastami mengatakan bahwa gangguan tumbuh kembang ini bisa dicegah dengan penerapan 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Hasil disertasinya menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting sejak lahir berisiko tetap pendek saat memasuki masa pra remaja. Kondisi ini disebabkan oleh kegagalan dalam mencapai pertumbuhan optimal pada kategori usianya.
"Asupan gizi dan penyakit infeksi yang menyerang janin bisa menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah stunting pada bayi yang lahir. Tetapi faktor lain seperti faktor sosial ekonomi hingga pola asuh makan yang tidak optimal juga bisa berperan," papar Ni Ketut Aryastami di Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Namun Ia menjelaskan bahwa masalah stunting saat memasuki usia pra remaja bisa diperbaiki jika pertumbuhan optimal anak bisa dikejar sejak usia 4-6 tahun.
"Jika anak lahir stunting dan pada usia 4-6 tahun tidak mengalami perbaikan dar segi pemberian gizi maka anak akan tetap pendek saat memasuki usia pra remaja. Namun ketika anak yang lahir stunting mendapatkan perbaikan di usia 4-6 tahun, ia bisa tumbuh normal dan mengalami peningkatan tinggi badan pada usia pra pubertas," imbuhnya.
Untuk mendapatkan temuan ini, Ia menggunakan data panel Indonesian Family Life Survey tahun 1993, 1997, dan 2000. Sampel adalah anak usia 0-2 tahun dari 13 provinsi di Indonesia saat itu. Saat berusia 4-6 tahun dan 7-9 tahun responden kembali dilakukan pengujian.
Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, hasil penelitian ini bisa dijadikan rekomendasi untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia. Terlebih bayi yang lahir stunting ternyata masih memiliki harapan untuk tumbuh normal jika diberikan intervensi pada usia balita.
"Bayangkan saja, hampir 40 persen anak Indonesia bertubuh pendek. Tapi melalui penelitian ini kita bisa lihat bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki masalah stunting sebelum beranjak remaja," sambung Menkes Nila.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025