Suara.com - Penyakit Hepatitis A yang diderita 28 mahasiswa IPB, Dramaga, Bogor, selama dua pekan ini tentu cukup mengkhawatirkan.
Pasalnya, menurut DR. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB dari FKUI/RSCM, penyakit yang ditularkan lewat makanan dan minuman, serta kontak langsung ini merupakan infeksi yang endemis di masyarakat Indonesia.
"Pengalaman klinis saya, jumlah kasus akan meningkat di akhir kemarau dan di masa awal musim hujan seperti saat ini," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima suara.com, Sabtu (12/12/2015).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Penyakit ini, kata Ari, tak hanya ditularkan melalui makanan, minuman dan kontak langsung, tetapi bisa juga melalui hubungan seksual (seks anal atau oral).
Sementara, untuk masa inkubasi hepatitis A, berlangsung antara 2-6 minggu. "Kasus di kampus IPB memang masih menunggu hasil penelitian, tetapi saya menduga berasal dari makanan atau minuman yang tercemar. Karena sebenarnya tidak mudah untuk tertular dari satu orang ke orang lain yang hanya bertemu di kampus," terang Ari.
BACA JUGA:
Pasien dengan hepatitis A, kata dia, biasanya datang ke dokter dengan kondisi tubuh menguning dan warna urine yang seperti air teh. Untuk gejalanya, lanjut Ari, bisa ringan sampai berat bahkan jika terjadi hepatitis fulminan akibat virus hepatitis A dapat menyebabkan kematian.
"Sebelumnya pasien mengalami common cold, seperti orang yang mengalami gejala flu, badan terasa sakit, mual dan kadang disertai muntah, nafsu makan menurun dan lemas," urainya lagi.
Selain itu pasien juga merasakan nyeri di perut kanan atas, karena pasien dengan infeksi hepatitis A mengalami peradangan pada liver (hati) yang sebagian besar berada di perut kanan atas. Untuk memastikannya maka pasien perlu menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis dan memantau infeksi tersebut.
"Pada pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin, SGOT dan SGPT. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan antibodi terhadap virus hepatitis A (anti HAV) yang memastikan bahwa seseorang terjangkit infeksi hepatitis A," jelas Ari seraya menambahkan bahwa penyakit ini bisa sembuh total asalkan pasien benar-benar istirahat.
Obat-obat yang diberikan, kata dia, sifatnya hanya menghilangkan gejala yang muncul seperti obat anti diare bila mengalami diare; obat anti mula bila mengalami mual; obat pereda demam bila mengalami demam dan vitamin serta asupan makanan sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
"Obat suplemen hati kadang kala diberikan untuk mengurangi peradangan hati yang terjadi," sambungnya.
Selama menjalani perawatan dan pengobatan, pasien memang perlu diisolasi dan tidak dibolehkan tidur sekamar dengan orang sehat. "Di RS pun biasanya pasien tidur hanya sendiri di kamar dan dipisah dengan pasien lain. Sebagian pasien memang tidak perlu dirawat, tetapi jika mengalami mual dan muntah dan tidak mau makan sebaiknya dirawat untuk mendapat infus cairan dan makanan," jelas Ari.
Ia juga menjelaskan bahwa hepatitis A tidak bisa menjadi hepatitis B, karena virus penyebabnya memang berbeda. Oleh karena itu, kata Ari, bila pernah divaksinasi vaksin hepatitis B tidak berarti terlindungi dari infeksi virus hepatitis A.
"Tetapi bisa saja dalam satu kasus pasien mengalami 2 macam infeksi yaitu infeksi virus B dan virus A," tambahnya.
Lantas, bagaimana agar terhindar dari hepatitis A? Ari mengatakan langkah terpentingnya adalah hidup sehat dengan makan yang teratur dan gizi seimbang, istirahat cukup dan banyak mengonsumsi buah dan sayur-sayuran.
"Jangan lupa, biasakan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan, dan setelah keluar dari toilet, apalagi penyakit ini tertular melalui makanan dan minuman," jelasnya merinci.
Khusus untuk orang yang merawat pasien hepatitis A, Ari menganjurkan, selalu menjaga daya tahan tubuh dengan baik, bila perlu lengkapi dengan konsumsi suplemen vitamin atau mineral.
"Sedangkan Vaksinasi hepatitis A sebaiknya diberikan bagi orang yang memang akan berkunjung pada daerah yang sedang terjangkit KLB atau wabah 2 minggu sebelum berada di lokasi terjadinya KLB," tutupnya.
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!