Suara.com - Juara tinju dunia Muhammad Ali hidup dengan penyakit Parkinson selama tiga dekade sebelum kematiannya pada Jumat (3 Juni lalu) pada usia 74 tahun. Tak sedikit yang bertanya-tanya, apakah karir tinju Muhammad Ali yang menyebabkannya mengalami gangguan neurologis tersebut.
Para ahli tak memungkiri bahwa cedera kepala yang dialami Ali bisa aja menjadi penyebab penyakit Parkinson yang dideritanya, namun mereka juga mengingatkan bahwa beberap faktor lain, misalnya genetik yang juga dapat memicu penyakit tersebut.
"Kemungkinan cedera kepala yang berulang kali diderita Ali, memberikan kontribusi untuk penyakit Parkinson yang ia derita," kata Dr Barbara Changizi, seorang ahli saraf di The Ohio State University Wexner Medical Center, yang tidak terlibat dengan pengobatan Ali.
Yang membuat banyak orang terheran-heran, Ali menderita penyakit Parkinson ini saat berusia 42 tahun, yang terbilang sangat muda untuk menderita Parkinson.
"Kuat dugaan bahwa faktor genetik menjadi penyebab utama penyakit tersebut bersarang di kepala Ali," kata Changizi.
Perlu diketahui bahwa rata-rata usia penderita Parkinson berusia 60 tahun ke atas. Parkinson menyebabkan sel-sel otak tidak dapat lagi memproduksi dopamin yang penting untuk mengontrol gerakan otot sehingga pasien Parkinson mengalami gejala seperti tremor, gerakan yang terus melambat dan kekakuan otot.
"Pada kebanyakan kasus, sangat sulit untuk mendiagnosis sel-sel otak yang memproduksi dopamin mulai mati," kata Changgizi.
Namun, memang pada penderita Parkinson di usia yang sangat muda, ditemukan gen tertentu yang sama, sehingga diduga faktor genetik memainkan peran yang besar dalam kematian Ali.
Meski demikian, trauma kepala juga sering dikaitkan dengan penyakit Parkinson. Studi pada 2013 menemukan bahwa orang dengan trauma kepala yang mengakibatkan gegar otak, 57 persen lebih mungkin untuk menderita penyakit Parkinson, dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami trauma kepala tersebut.
"Cedera kepala dapat menyebabkan peradangan di otak, yang dapat menyebabkan perubahan sel dan struktur otak yang berkontribusi terhadap Parkinson, terutama pada substantia niagra, tempat dimana dopamin diproduksi," kata Changizi. (Foxnews)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi