Suara.com -
Diperkirakan terdapat 3.5 juta orang dengan HIV hidup di 11 negara di kawasan Asia Tenggara ini, di antaranya, 1,4 juta orang kini menjalani pengobatan. Pengobatan sendiri telah berhasil menurunkan infeksi baru sebanyak 47 persen antara 2010 dan 2015.
Namun keberhasilan menghindari kematian dalam waktu 10 tahun terakhir kini sampai pada stagnasi, yang salah satu penyebabnya adalah keterlambatan diagnosis dan pengobatan HIV.
WHO Regional Director for South-East Asia Dr Poonam Khetrapal Singh mengatakan hanya 1 dari 2 orang yang terinfeksi virus HIV sadar bahwa mereka memilikinya, dan hanya separuh dari mereka yang sadar mengidap HIV, menjalani pengobatan.
"Untuk menuntaskan epidemi AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat di tahun 2030, kami menargetkan upaya 90-90-90 pada 2020, yakni mengidentifikasi 90% mereka yang terinfeksi HIV melalui tes HIV, memungkinkan pengobatan bagi 90% dari mereka, dan mereka yang diobati 90% diantaranya berhasil selamat dari berbagai dampak HIV di tubuh mereka," ujar dr Poonam Singh melalui keterangan persnya.
Ia menambahkan, kemajuan di bidang sains telah menghasilkan perangkat pencegahan yang lebih baru, obat yang ampuh, dan perangkat diagnostik yang efektif dalam mendeteksi HIV AIDS.
"Yang terpenting kita memiliki kemauan aktif, dorongan politis dan komitmen untuk melibatkan kelompok masyarakat yang telah memungkinkan terbukanya harapan bagi pengendalian HIV," tambah dr Poonam.
Ia menambahkan, pengendalian virus adalah indikator kunci untuk mencapai efektivitas pengobatan dan program pengendalian. Namun menurutnya akses terhadap pengukuran rutin kadar virus masih merupakan tantangan bagi kebanyakan negara di kawasan Asia Tenggara, kecuali Thailand.
"Selain itu stigma dan diskriminasi masih menjadi hambatan bagi populasi kunci yang berisiko tinggi terinfeksi HIV, dan ini perlu dirubah demi tercapainya dunia tanpa AIDS," jelas dr Poonam.
Untuk diketahui, sejak 1988, setiap 1 Desember, dunia memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS). Peringatan ini merupakan kesempatan menguatkan komitmen bersama untuk mencegah penularan dan mengobati mereka yang hidup dengan AIDS.
Kesempatan ini juga menarik kepedulian terhadap epidemic HIV, meningkatkan kesadaran tentang HIV, mengenang mereka yang meninggal karena AIDS, dan menunjukkan solidaritas terhadap anggota masyarakat yang hidup dengan AIDS (ODHA).
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara