Suara.com - Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Rizal Damanik mengatakan tanaman torbangun sangat berkhasiat untuk mengobati diabetes melitus.
"Tanaman torbangun ini sejenis tanaman pangan yang sering dipakai untuk perlancar ASI yang banyak tumbuh di Indonesia," kata Prof. Rizal saat menghadiri seminar nasional kesehatan tentang pencegahan penyakit dengan menggunakan potensi sumber daya alam untuk penyakit degeneratif di Universitas Dhyana Pura, Sabtu (22/7/2017).
Ia mengatakan bahwa potensi sumber daya alam Indonesia sangat berlimpah, khususnya rempah-rempah yang dapat berkhasiat obat tradisional, seperti tanaman torbangun ini.
Tanaman itu harus terus dikembangkan agar lebih dikenal masyarakat sebagai obat tradisional, karena sudah dilakukan penelitian ilmiah terhadap tikus yang hasilnya bahwa tumbuhan tersebut sangat berkhasiat untuk mencegah penyakit diabetes melitus.
"Berdasarkan dari penelitian ini, setelah dikembangkan, ternyata tanaman ini sangat berkhasiat untuk berbagai penyakit. Tanaman torbangun juga telah diakui pemerintah melalui Permenkes Nomor 6 Tahun 2016 sebagai herbal asli Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, resep warisan orang tua untuk pengobatan tradisional tersebut harus dikembangkan generasi muda Indonesia agar menjadi suatu produk lokal dan tidak diklaim negara luar.
"Tanaman torbangun ini juga sering untuk pengobatan tradisional oleh Suku Batak hingga ratusan tahun dan betul-betul berkhasiat," ujarnya.
Dengan adanya pemanfaatan obat itu, diharapkan petugas kesehatan juga tergugah untuk mempelajari pengobatan tradisional atau herbal. Selain mengonsumsi obat, upaya lain guna mencegah diabetes melitus dengan mengonsumsi makanan seimbang atau gizi seimbang, serta mengoptimalkan olahraga.
"Gizi seimbang juga harus dikaitkan dengan makan-makanan beragam, artinya bahan pangan untuk mendapatkan kalori dapat diambil dari berbagai jenis makanan," jelas Prof. Rizal.
Ia mencontohkan makanan yang mengandung karbohidrat tidak hanya dari beras, tetapi bisa juga melalui pisang, ketela, dan ubi. "Ini bisa menjadi solusi untuk memenuhi konsumsi makanan yang beragam ini," ujarnya.
Masyarakat lokal Bali, misalnya, dalam mengolah daging babi dengan campuran rempah-rempah yang khas sehingga tidak berdampak pada penyakit kolesterol.
"Saya contohkan lagi, di Bali ada namanya loloh sembung. Ini merupakan ramuan tradisional masyarakat yang harus dikembangkan," ujarnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
Terkini
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025