Suara.com - Di tengah kemajuan peradaban modern yang serba canggih, masyarakat Indonesia masih kental diselimuti oleh macam-macam kepercayaan dan mitos yang berbau gaib. Salah satunya adalah fenomena luks memar yang tiba-tiba muncul di kulit dan tanpa sebab jelas.
Katanya sih, ini karena Anda ‘dijilat setan’. Eits, tunggu dulu. Fenomena “klenik” ini dapat dijelaskan secara sederhana dalam dunia medis.
Simak penjelasan yang dihimpun hellosehat.com, tanpa perlu bulu kuduk merinding ketakutan
Luka memar yang konon disebut akibat ‘dijilat setan’ ini muncul sebagai bintik ungu kecil tepat di bawah permukaan kulit, yang seringnya timbul di paha, bokong, dan lengan atas. Dalam dunia medis, luka memar tiba-tiba yang muncul tanpa alasan jelas disebut dengan istilah purpura simplex. Ini adalah hal yang sangat umum terjadi.
Meskipun Anda tidak terbentur atau terjatuh, purpura simplex bisa tetap terjadi kapanpun dan di manapun. Pasalnya, memar “ajaib” ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil yang memang rapuh.
Pecahnya pembuluh darah ini kemudian menyebabkan darah menggenang tepat di bawah kulit. Meski begitu, belum diketahui pasti apa yang bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan bagaimana itu bisa terjadi.
Purpura simplex lebih sering terjadi pada perempuan akibat pengaruh hormon. Oleh karena itu, memar yang katanya karena ‘dijilat setan’ ini juga sering muncul bersamaan dengan siklus menstruasi atau ketika tubuh Anda sedang sangat kelelahan.
Kulit yang mudah memar juga dapat dipengaruhi oleh kerja pembekuan darah yang tidak berjalan dengan baik. Tak jarang juga, ada beberapa kondisi kesehatan serius yang bisa menjadi penyebab mengapa timbul memar tiba-tiba di tubuh Anda.
Contohnya hemofilia dan trombositopenia. Hemofilia adalah penyakit turunan langka yang menyebabkan darah sangat sulit membeku karena kekurangan jenis protein tertentu. Sedangkan trombositopenia adalah suatu gangguan darah yang menyebabkan tubuh kekurangan kepingan darah (trombosit).
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya anemia, infeksi virus, konsumsi alkohol berlebihan, leukimia, obat-obatan kemoterapi, kehamilan, dan faktor keturunan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?