Suara.com - Kehidupan rumah tangga memang tak selalu akur. Namun, kaum ibu dan pasangan harus bisa menurunkan ego untuk bertengkar, apalagi jika Anda sedang hamil.
Disampaikan Dr. med. Ferdhy Suryadi Suwandinata SpOG dari Siloam Hospital Kebon Jeruk, pertengkaran dalam kehidupan berumah tangga dapat mempengaruhi bayi secara psikologis. Ia menyebutnya sebagai toksik stres, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi.
"Perkembangan otak bayi sangat dipengaruhi nutrisi pada saat hamil dan bagaimana kondisi mental ibu. Kalau sering stres atau ada gangguan jiwa, itu sangat berpengaruh pada perkembangan bayinya," ujar dr Ferdhy, pada temu media belum lama ini.
Stres sendiri, tambah dia, dapat meningkatkan hormon kortisol dalam tubuh bumil yang pada kadar tertentu dapat membuat ketuban pecah, sehingga bayi tidak nyaman dan mempengaruhi otak bayi.
"Stres dapat meningkatkan kortisol, sehingga ketika kortisol tinggi di dalam, cairan ketuban bisa mempengaruhi perkembangan otak si bayi. Salah satu teori yang paling umum (adalah) akan memicu ketuban pecah yang merupakan salah satu tanda bayi tidak nyaman," tambah dia.
Selain kondisi psikologis, paparan lingkungan seperti asap rokok dan timbal yang diterima bumil juga tergolong toksik stres yang dapat memicu perkembangan otak bayi. Dokter Ferdhy menyebut, pada bayi yang lahir dengan kondisi autisme umumnya ditemukan adanya kadar timbal yang lebih tinggi selama kehamilan.
"Bayi autisme memang kita belum tahu penyebabnya, tapi mungkin bisa karena timbal yang diserap janin, terutama (dari) pada pekerja yang terpapar merkuri atau tambang emas liar," tambah dia.
Kadar toksik stres ini, menurut Ferdhy, memang tidak bisa diukur ketika janin masih dalam kandungan. Namun, tanda yang bisa dilihat ketika bayi lahir adalah berat badan yang rendah dan lahir dengan kondisi kulit yang keriput.
"Bayi berat badan lahir rendah karena pertumbuhannya saat janin terhambat. Kalau psikis, motorik nggak bisa kita lihat, tapi dari fisik kelihatan bayinya kecil, lahir keriput. Itu tanda toksik stresnya tinggi," tandas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!