Suara.com - Kebanyakan pasangan yang telah menikah sudah tak sabar untuk mendapatkan momongan. Bahkan tak sedikit yang dinyatakan positif hamil setelah dua minggu pernikahan.
Ingin langsung memiliki anak setelah menikah mamng tak salah. Namun disampaikan Dokter Ahli Kandungan dan Kebidanan sekaligus spesialis fetomaternal Dr dr Ali Sungkar, SpOG-KFM, banyak hal yang harus dipersiapkan pasangan sebelum memutuskan untuk bereproduksi.
Persiapan yang matang sebelum kehamilan penting untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (akb) yang cenderung tinggi di Indonesia. Data 2015 menyebut angka kematian ibu di Indonesia mencapai 305 kasus dari 100 ribu kelahiran hidup.
"Apa sebabnya? Hipertensi, keracunan kehamilan, pendarahan, dan infeksi. Penyebabnya apa persiapan dan edukasi yang kurang ketika memutuskan hamil. Padahal janin yang dikandung itu generasi penerus kita, khilafah kita. Yang nantinya akan ngurusin kita ketika kita sudah tua," kata Ali pada diskusi yang dihelat Philips di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Direktur Kesehatan Keluarga dari Kementerian Kesehatan Dr Eni Gustina, MPH., dalam kesempatan yang sama menambahkan, bukan cuma persiapan fisik secara gizi makro dan mikro saja yang dibutuhkan oleh ibu hamil namun juga mental dan finansial.
"Siap fisik, siap mental, siap ekonomi. Kebayang kalau menikah tidak direncanakan, atau tinggal masih numpang di rumah mertua. Kalau kamarnya gabung bagaimana kalau nanti hamil. Nanti jadi beban tambahan. Paradigma ini kita persiapkan sehingga kehamilan ini direncanakan," tambah Eni.
Ali menambahkan, persiapan kehamilan ini sebaiknya bisa dilakukan dengan pemeriksaan defisiensi dan perbaikan gizi sebelum hamil. Biasanya, defisiensi yang dialami bumil di Indonesia adalah kekurangan vitamin D dan zat besi.
"Makro dan mikronutrisi diperbaiki dulu, baru hamil. Lalu, lakukan pemeriksaan defisiensi. Biasanya kebanyakan ibu hamil defisiensi vitamin D, kemudian defisiensi besi. Zat besi itu paling banyak di daging merah, sayangnya orang Indonesia alasannya diet jadi pasokan nutrisinya nggak tercukupi," katanya.
Kekurangan zat besi saat mengandung, tambah Ali, bisa meningkatkan risiko anemia. Pada gilirannya hal ini dapat meningkatkan risiko ibu mengalami pendarahan atau bayi lahir dengan berat badan rendah dan tubuh pendek atau stunting.
Baca Juga: Menhub: Daya Saing Infrastruktur Indonesia Naik 10 Peringkat
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia