Suara.com - Semua orang pastinya berharap hidup lebih lama. Namun,justru tak banyak dari mereka yang benar-benar menjalani gaya hidup yang membuat umurnya lebih panjang.
Survei yang diungkap American Scientific Sessions menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat dunia cenderung mengalami obesitas yang berpotensi memicu penyakit jantung, diabetes dan stroke. Kondisi ini juga yang membuat usia harapan hidup masyarakat dunia turun.
"Salah satu cara menurunkan risiko obesitas adalah mengunyah lebih lambat. Ini merupakan gaya hidup yang terbukti dapat mencegah sindrom metabolik," kata Takayuki Yamaji, ahli jantung dari Universitas Hiroshima di Jepang.
Sebaliknya, ketika seseorang mengunyah lebih cepat, ia akan tidak akan merasa kenyang dan cenderung makan berlebihan. Mengunyah lebih cepat juga menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh melonjak sehingga meningkatkan risiko diabetes.
"Oleh karena itu mengunyah makanan dengan cepat barus dihindari jika Anda ingin terhindar dari beragam penyakit yang meningkatkan risiko kematian," ujar Takayuki.
Berikut adalah lima kebiasaan buruk yang sebaiknya Anda hindari jika ingin panjang umur, seperti dilansir dari laman NyPost.
1. Mengonsumsi camilan tak sehat
Camilan memang tidak selamanya berbahaya bagi tubuh. Bahkan para ahli gizi menyarankan konsumsi camilan di sela-sela makanan utama. Namun tentu saja pemilihan camilan yang disarankan harus yang sehat seperti buah, sayur atau kacang-kacangan.
Sayangnya fakta menyebut bahwa konsumsi camilan tidak sehat mendominasi pola konsumsi masyarakat. 45 persen masyarakat justru mengonsumsi camilan ringan yang tentu saja tidak menyehatkan dan hanya 18 persen masyarakat mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sedangkan sisanya tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi camilan.
2. Mengonsumsi makanan cepat saji
Kemudahan akses pemesanan makanan cepat saji seperti melalui aplikasi atau layanan telepon ternyata berpengaruh pada peningkatan obesitas di Amerika Serikat dan mungkin negara-negara lainnya. Center for Disease Control mengungkap lebih dari 75 persen warga Amerika mengonsumsi makanan cepat saji. Akibatnya kebiasaan ini turut berpengaruh pada konsumsi kalori yang berlebihan yakni rata-rata diatas 200 kalori yang berdampak pada peningkatan kasus obesitas.
3. Penambahan garam pada makanan
Center for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat mengatakan efek negatif konsumsi garam berlebihan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Namun masih saja beberapa restoran menyediakan garam tambahan di setiap meja makan. Hal ini dapat meningkatkan kebiasaan masyarakat untuk memberikan garam tambahan pada makanan mereka.
CDC merekomendasikan mereka yang berusia 51 keatas untuk membatasi asupan garam sekitar 1500 mg. Sayangnya rata-rata orang mengonsumsi 3400 mg garam atau dua kali lipat dari takaran yang direkomendasikan. Batasi asupan garam jika Anda ingin terhindar dari penyakit stroke dan jantung yang mematikan.
4. Berhenti konsumsi minuman bersoda
Tag
Berita Terkait
-
Smartwatch Selamatkan Nyawa: Kisah Pasien yang 'Diperintah' Jam Pintar untuk Periksa ke Dokter
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Kabar Duka! Nyawa Kiper Spanyol Tak Tertolong Usai Insiden Mengerikan di Lapangan
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar