Suara.com - Sudah bukan rahasia lagi, teh khususnya teh hijau merupakan salah satu minuman paling sehat.
Beragam manfaatnya bahkan sudah bisa dirasakan, mulai dari membantu penurunan berat badan, pencernaan yang baik, detoksifikasi, hingga antioksidan.
Tapi pernahkah Anda memperhatikan bahwa sering ada kawat stapler di ujung kantong teh yang Anda pegang? Bukan hanya pada kantong teh hijau, tapi sebagian besar teh celup yang Anda masukkan ke dalam air, memiliki kawat stapler untuk memasangkan benang, agar kita mudah mencelupkannya.
Dan tahukah Anda bahwa ternyata kawat strapler ini bisa cukup membahayakan. Alih-alih strapler untuk menjepit, perusahaan teh sebaiknya membuat kantong teh tersimpul.
Kantong teh tersimpul masih ada di pasaran namun dalam jumlah sangat kecil. Kantong teh tersebut berkontribusi 3-4 persen dari nilai total penjualan teh. Tapi itu adalah segmen dengan pertumbuhan tercepat dengan kenaikan 50-60 persen setiap tahunnya.
Mengapa berbahaya? Karena biasanya orang-orang akan menaruh kantong teh tetap pada cangkir dan kemudian memanaskannya dalam microwave. Ini adalah hal yang benar-benar tidak boleh dilakukan, karena kawat strapler berwarna logam yang bisa berbahaya jika dipanaskan.
Ada banyak kasus yang juga melaporkan di mana orang menelan kawat stapler dari kantong teh, permen dan makanan lainnya. Hal ini dilansir Times of India, juga bisa menyebabkan perdarahan gusi, perdarahan internal di perut dan lainnya. Jenis insiden ini membutuhkan perhatian medis segera, karena setiap penundaan dapat menyebabkan risiko serius terhadap kesehatan seseorang.
Anda juga harus mengetahui bahwa kawat strapler juga terbuat dari besi galvanis. Besi galvanis adalah besi dengan lapisan seng yang mencegah besi berkarat.
Besi ini jika tertelan, tidak bisa dicerna dan bisa menyebabkan kerusakan parah pada lapisan dalam perut dan menyebabkan perdarahan dan bisa beracun.
Baca Juga: Stop Pakai Dumolid, Fachri Albar Sakit di Penjara
Bahkan jika Anda tidak menelan kawat stapler, ada beberapa studi yang menunjukkan bahaya galvanis pada pembuluh. Jika senyawa seng larut dalam air, hal itu dapat mempengaruhi proses gastro-intestinal Anda secara negatif.
Debu logam juga memiliki bahaya dan dapat menyebabkan kelainan paru. Meskipun jumlah yang Anda konsumsi mungkin sangat sedikit, yang terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan.
Jadi, mulai sekarang sebisa mungkin hindari menyeruput teh celup yang memiliki kawat strapler agar terhindar dari berbagai risiko tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara