Suara.com - Tanpa kita sadari, psikopat dan sosiopat ada di sekitar kita. Bahkan, terkadang mereka hadir sebagai orang yang sukses dan memesona. Namun, bisa jadi kejam, tak berperasaan, dan sedikit tak menghargai perasaan orang lain.
Mereka pun dikenal sebagai psikopat 'sukses' karena memiliki kecenderungan untuk melakukan kejahatan yang direncanakan dengan risiko yang diperhitungkan, seperti dikutip HiMedik dari menshealth.
Atau mereka dapat memanipulasi orang lain untuk melanggar hukum, sambil menjaga jarak dengan aman. Mereka memanipulasi perasaan orang lain, tetapi tidak dapat merasakan emosi sendiri.
Psikopat dan sosiopat memiliki sejumlah karakteristik, termasuk kurangnya penyesalan atau empati terhadap orang lain, kurangnya rasa bersalah atau kemampuan untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, mengabaikan hukum atau konvensi sosial, dan kecenderungan untuk melakukan kekerasan.
Inti dari keduanya adalah sifat menipu dan manipulatif. Tetapi bagaimana kita bisa membedakan mereka?
Sosiopat biasanya kurang stabil secara emosi dan sangat impulsif, perilaku mereka cenderung lebih tidak menentu daripada psikopat.
Ketika melakukan kejahatan baik kekerasan atau non-kekerasan, sosiopat akan bertindak lebih atas paksaan. Mereka akan kurang sabar, menyerah jauh lebih mudah dan kurang perencanaan yang terperinci.
Psikopat, di sisi lain, akan merencanakan kejahatan mereka hingga detail, mengambil risiko yang telah diperhitungkan untuk menghindari deteksi.
Mereka akan melakukan sesuatu agar tidak ketahuan. Psikopat tidak terbawa suasana dan membuat lebih sedikit kesalahan.
Baca Juga: Mental Illness? Better You Know and Sharing
Namun, masih banyak psikolog yang berdebat apakah keduanya harus dibedakan atau tidak. Akan tetapi, ada satu hal yang disepakati.
Psikiater menggunakan istilah psikopat untuk menggambarkan penyebab gangguan kepribadian anti-sosial adalah turun temurun. Sosiopat menggambarkan perilaku yang merupakan hasil dari cedera otak, atau pelecehan, dan/atau pengabaian di masa kanak-kanak.
Namun, FBI telah mencatat sifat-sifat tertentu yang dimiliki antar kedua tipe orang ini, ini termasuk perilaku predator, mencari sensasi, kurangnya penyesalan, impulsif , dan kebutuhan untuk kontrol atas kekuasaan atas orang lain.
HiMedik.com/Yuliana Sere
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan