Suara.com - Seorang ibu di Sydney terpaksa membawa putranya ke rumah sakit setelah mengonsumsi camilan kacang fava yang membuat putranya berubah menjadi kuning.
Dalam grup Facebook North Shore Mums, ibu tersebut mengungkapkan anaknya yang baru berusia lima tahun berubah menjadi kuning setelah mengonsumsi tiga bungkus kacang fava.
"Pernah makan atau memberi anak-anak Anda kacang fava? Perhatikan sesuatu, anak saya yang berusia 5 tahun saat ini berada di rumah sakit dan sakit setelah makan 3 bungkus kacang fava minggu ini," tulis ibu bernama Jen di grup tersebut.
Awalnya Jen mengira putranya pilek, tetapi pada hari Sabtu itu ia melihat putranya mulai berwarna kuning, urinnya gelap, dan hampir tidak bisa bangun.
"Saya membawanya ke dokter dan mereka mengatakan keadaan darurat," kata Jen.
Jen pun langsung memeringatkan ibu-ibu lain untuk mewaspadai kekurangan G6PD, enzim penting untuk melindungi sel-sel darah merah, yang mempengaruhi 400 juta orang di seluruh dunia.
Dalam kasus putranya, ia mengklaim bahwa 'kapur barus dan kacang fava' adalah penyebabnya.
Dilansir Suara.com di News.com.au dan KidsHealth, kekurangan G6PD biasanya memengaruhi laki-laki.
Pada kasus anak-anak, kondisi tersebut dapat dipicu oleh obat penghilang rasa sakit, obat penurun demam, dan kacang fava.
Baca Juga: Ini Manfaat Konsumsi Kacang di Trimester Pertama Kehamilan
"G6PD membantu sel darah merah bekerja. Ini juga melindungi mereka dari zat-zat dalam darah yang dapat membahayakan mereka. Kekurangan G6PD dapat membuat sel-sel darah merah pecah, kata Jen.
Iti digambarkan sebagai kelainan genetik yang terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup enzim yang disebut glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
“G6PD membantu sel darah merah bekerja. Ini juga melindungi mereka dari zat-zat dalam darah yang dapat membahayakan mereka, ”kata KidsHealth.
"Tanpa cukup G6PD untuk melindungi mereka, sel-sel darah merah pecah."
Situs kesehatan online menyatakan sel darah merah yang tidak memiliki cukup G6PD sensitif terhadap beberapa obat, makanan, dan infeksi.
"Ketika hal-hal ini memicu hilangnya sel darah merah dengan cepat dalam waktu singkat, itu disebut krisis hemolitik."
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis