Suara.com - Lilin aromaterapi merupakan bagian dari selfcare yang bisa membuat tubuh serta pikiran rileks.
Namun, para ahli mengatakan rutinitas seperti ini lambat laun bisa merusak lingkungan dan membuat Anda menghirup racun berbahaya.
Melansir Independent UK, alat relaksasi ini telah diidentifikasi sebagai masalah oleh pemerintah Inggris dalam laporan Clean Air Strategy pada Januari 2019 lalu.
Lilin beraroma dinilai berbahaya karena terbuat dari lilin parafin. Dalam sebuah studi menemukan, lilin parafin ini bisa melepaskan bahan kimia penyebab kanker.
Hal ini juga bisa berbahaya bagi orang yang mempunyai kondisi pernapasan seperti asma.
Beberapa merek lilin juga menggunakan sumbu di mana kapas melilit bahan lain seperti logam, menghasilkan jelaga beracun, yang juga dapat menyebabkan masalah paru-paru.
Para peneliti dari BBC bersama dengan Profesor Alastair Lewis dari University of York menemukan, sebagian besar dari rumah yang mereka analisis ditemukan bahan kimia limoncene.
Bahan kimia ini paling umum ditemukan dalam lilin aromaterapi dan penyegar udara.
Ketika dilepaskan ke udara, Limoncene bereaksi dengan ozon untuk menghasilkan formaldehida, zat karsinogenik.
Baca Juga: Sedap! Lilin Aromaterapi Kini Ada yang Wangi Burger McDonalds
Formalydehyde telah dikaitkan dengan kanker sejak 1980-an dan telah terdaftar sebagai karsinogen pada manusia yang dikenal sejak 2011.
Para peneliti menemukan cara terbaik untuk mengurangi kadar formaldyde di udara, yaitu dengan meletakkan tanaman hias di sekitar rumah yang bisa menyerap karsinogen.
Menurut para ilmuwan, tanaman geranium, lavender dan serangkaian pakis adalah yang terbaik dalam menyerap formaldehida.
Berita Terkait
-
Editan Foto AI Ungkap Perjalanan Luar Biasa Wanita Ini Melawan Kanker Tulang Viral di Media Sosial!
-
BAFLIONSRUN 2025: Sport Tourism dengan Misi Mulia untuk Pejuang Kanker Anak
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya