Suara.com - Untuk yang pertama kalinya, peneliti menemukan berapa jumlah mikroplastik yang telah dikonsumsi manusia.
Berdasarkan perkiraan mereka, rata-rata orang menghirup dan menelan sekitar 330 potong plastik, untuk ukuran biji wijen atau lebih kecil, setiap hari.
Melansir Vice, mikroplastik ini berasal dari produk plastik seperti botol air, bungkus makanan, dan pakaian yang terbuat dari serat sintetis, yang telah dipecah atau terdegradasi.
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh Kieran Cox, ilmuwan dari University of Victoria, telah ditemukan bahwa orang dewasa menelan 50.000 partikel mikroplastik setiap tahun, sementara anak-anak menelan sekitar 40.000 partikel mikroplastik.
Bahkan ia mengatakan partikel mikroplastik dalam tubuh manusia bisa saja lebih tinggi karena mereka belum meneliti kandungan plastik dalam produk pangan lain yang biasa dikonsumsi manusia seperti roti, daging, atau sayuran.
Partikel mikroplastik ini tentu memiliki efek terhadap kesehatan manusia. Tetapi efek negatif partikel mikroplastik sampai saat ini belum diketahui pasti.
Melansir CNN, plastik mempunyai sejumlah bahan kimia yang ditambahkan pada tahap pembuatannya, dan ada kemungkinan bahan kimia ini dilepaskan dalam tubuh.
"Dalam konsentrasi yang cukup, bahan kimia dapat melukai dan membunuh sel," kata Profesor Frank Kelly, direktur Kelompok Penelitian Lingkungan di King's College London, Inggris.
"Sel-sel itu kemungkinan berhasil digantikan, atau mungkinn saja tidak. (Kemungkinan akan ada) kerusakan pada protein dan DNA dan hal-hal seperti itu. Tetapi saat ini, kita tidak tahu apakah ini terjadi."
Sementara itu, mikroplastik terlalu besar untuk diserap oleh sel-sel kita. Jika mereka dipecah menjadi menjadi fragmen dalam kisaran ukuran nanometer, kemungkinan mereka bisa diserap dalam sistem peredaran darah kita atau masuk ke organ kita, kata profesor Anne Marie Mahon dari Institut Teknologi Galway-Mayo di Dublin.
Baca Juga: Manusia Telan 50.000 Partikel Mikroplastik per Tahun
Tetapi apakah itu benar-benar terjadi adalah hal lain yang tidak diketahui.
Itu salah satu alasan mengapa para ilmuwan dan kelompok lingkungan mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut.
Berita Terkait
-
Kesehatan Generasi Muda Terancam Dampak Buruk Boba dan Kopi Kekinian
-
FOMO Level Akut? Ini 5 Jurus Ampuh Gen Z Biar Lebih Fokus dan Percaya Diri!
-
Kenali Tanda Diabetes Tipe 1 pada Anak, Orang Tua Wajib Waspada!
-
Warga Sumatera Utara Bisa Berobat Pakai KTP Mulai Oktober 2025
-
Luhut Sebut Covid-19 Ungkap Kelemahan Sistem Kesehatan RI, Dukung Penggunaan AI Jadi Solusi
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!