Suara.com - Banyak pria menggunakan obat penumbuh rambut atau anti kebotakan untuk menjaga penampilan agar tetap menarik.
Sayangnya, penggunaan obat anti botak justru memberikan efek samping yang bisa menghancurkan hidup mereka. Hal itu karena obat anti botak ini bisa menyebabkan impotensi, infertilitas, insomsia, kecemasan, hingga depresi.
Obat tersebut adalah finasteride yang paling umum digunakan untuk mengatasi kebotakan. Namun, obat ini tidak bekerja untuk menghentikan kebotakan melainkan menumbuhkan rambut dalam beberapa bulan.
Kebotakan akan berhenti selama mereka mengonsumsi obatnya. Obat ini mengurangi konversi hormon testosteron pria menjadi dihidrotestosteron (DHT).
Tingginya kadar DHT menyebabkan folikel rambut di kulit kepala menyusut dan menyebabkan rambut rontok. Oleh karenanya, obat ini sering digunakan untuk mengatasi kerontokan rambut.
Namun selain itu, obat ini juga membantu mengecilkan prostat dan menghentikannya menekan kandung kemih serta uretra.
Meski begitu, obat ini memiliki potensi efek samping. DHT bisa memengaruhi pria menjadi disfungsi seksual, termasuk kesulitan ereksi, kurangnya gairah dan kurangnya air mani.
Efek samping lainnya, obat ini bisa menyebabkan masalah infertilitas, nyeri testis, dan gangguan kecemasan.
European Medicine Agency tahun 2017 juga membagikan informasi bahwa obat atasi kebotakan ini juga berisiko menyebabkan depresi hingga menimbulkan pikiran ingin bunuh diri.
Baca Juga: Kepalanya Jadi Botak, Ternyata Gadis 9 Tahun Ini Makan Rambutnya Sendiri
Temuan kasus di Amerika Serikat, ratusan pria pun mengklaim efek samping dari obat anti botak ini tetap bertahan meskipun mereka sudah berhenti menggunakannya.
"Dalam hal mengobati kerontokan rambut, obat itu bekerja dengan baik bagi saya dalam waktu 3 bulan. Namun, dalam beberapa minggu saya kehilangan minak seks dan libido tidak kembali," kata Ryan, salah satu pengguna obat anti botak, dikutip dari Daily Mail.
Finasteride bukan satu-satunya obat anti botak yang menimbulkan sejumlah efek samping salah satunya disfungsi seksual.
Penelitian International Journal of Risk & Safety in Medicine 2018 juga mengidentifikasi 13 obat rambut lainnya telah dikaitkan dengan masalah seksual.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit