Suara.com - Beberapa hari lalu unggahan seorang dokter tentang keperawanan wanita viral di media sosial Twitter. Unggahan akun @DrAmalinaBakri itu membahas pasiennya yang didesak membuktikan keperawanan oleh calon suaminya.
Pemilik akun Twitter @DrAmalinaBakri cukup terkejut dengan permintaan pasiennya yang ingin membuktikan keperawanan atas permintaan calon suami dan calon mertuanya.
"Seorang gadis bertanya saya soal ini: "Dokter bagaimana saya nak buktikan kepada tunangan dan family kalau saya masih dara. Ada tak medical check-up untuk membuktikannya sebab mereka meminta". First of all, I cannot believe that someone would ask such thing," cuitnya di Twitter.
Dokter Amalina lantas memperlihatkan penjelasan Prof. Dr. Imelda Balchin tentang selaput dara wanita. Penjelasan itu berisi tentang beberapa mitos selaput dara wanita.
Imelda Balchin menjelaskan bahwa selaput dara yang menutup atau disebut imperforate hymen justru bukan suatu kondisi normal. Sejatinya, wanita terlahir dengan selaput dara berlubang-lubang.
Bahkan lubang-lubang selaput dara itu sudah terbentuk sejak masih janin usia 5 bulan. Adanya lubang pada selaput dara itu supaya darah menstruasi bisa keluar.
Lantas, apakah wanita bisa membuktikan keperawanannya secara medis? Melansir dari WHO, memang ada tes keperawanan atau biasa disebut tes dua jari. Tetapi, tes keperawanan ini juga ada beberapa pertimbangan.
1. Tidak ada dasar ilmiah
Tes keperawanan tidak memiliki dasar ilmiah atau klinis. Tidak ada pemeriksaan yang bisa membuktikan seseorang masih perawan atau sudah pernah berhubungan seks.
Baca Juga: Viral, Wanita Ini Disuruh Buktikan Masih Perawan oleh Tunangannya
Bahkan seseorang juga tidak bisa menentukan keperawanan hanya dengan melihat bentuk selaput dara wanita.
2. Pelanggaran hak asasi manusia
Tes keperawanan juga termasuk pelanggaran terhadap hak asasi perempuan dan anak perempuan yang bisa merusak kesehatan fisik, psikologis dan sosial.
Hal ini bisa memperkuat gagasan stereotip tentang seksualitas perempuan dan ketidaksetaraan gender. Selain itu, pemeriksaan ini bisa menyakitkan, memalukan dan traumatis.
3. Berisiko membuat trauma
Tes keperawanan dianggap sebagai bagian dari penilaian para penyintas pemerkosaan. Sehingga tes ini dianggap tidak perlu karena bisa menyebabkan rasa sakit dan mengingatkan seseorang dengan tindakan kekerasan seksual.
Berita Terkait
-
Polisi Ungkap Motif Bullying Siswi SMP di Serang, Tak Terima Digosipkan Tak Perawan
-
Ulasan Novel 90 Hari Mencari Suami: Perempuan Jomblo dan Stigma Perawan Tua
-
Ulasan Novel Jodoh Terakhir, Stigma Negatif Perawan Tua
-
Tips Berhubungan Seks Saat Malam Pertama dari Dokter Boyke, Perawan dan Perjaka Sudah Tahu?
-
5 Fakta Mami Icha: Mucikari Jual ABG, Pasang Tarif Rp 8 Juta untuk Anak Perawan
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah