Suara.com - Hari Diabetes Sedunia selalu diperingati setiap 14 November setiap tahunnya di seluruh dunia. Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi masalah kesehatan serius dan mampu menggerus harapan hidup.
Indonesia Diabetic Federation (IDF) pada 2017, mencatat Indonesia masih berada pada urutan ke-6 di dunia yang memiliki sekitar 10,3 juta penyandang diabetes di rentang usia 20 – 79 tahun.
Di sisi lain, data dari Riskesdas Litbangkes 2018 dan Konsensus PERKENI 2015, menyebutkan sebanyak 75 persen dari total penyandang diabetes di Indonesia belum menyadari dirinya menyandang diabetes.
Dan dari 25 persen penyandang diabetes yang sudah menyadari dirinya memiliki diabetes, hanya 17 persen yang menjalani terapi diabetes, sedangkan 8 persen lainnya tidak menjalankan terapi. Inilah yang pada akhirnya bisa menyebabkan banyak penyandang diabetes yang terkena masalah komplikasi kesehatan.
Peningkatan angka prevalensi diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9 persen di tahun 2013 menjadi 8,5 persen di tahun 2018, membuat estimasi jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang. Mereka semua berisiko terkena penyakit lain, seperti serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Ditemui saat media briefing bertajuk “Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia” di KalCare Lotte Shopping Avenue, konsultan metabolik endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM menyatakan bahwa masyarakat harus terus disadarkan akan horornya diabetes.
"Diabetes adalah silent killer dan ibu dari segala penyakit atau induk dari berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, hipertensi, jantung koroner dan disfungsi ereksi. Diabetes disebut silent killer karena banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang diabetes," ungkap Eliana.
Ia melanjutkan, masyarakat juga harus sadar beberapa gejala diabetes karena bisa saja diabetes datang tanpa disadari. Beberapa gejala diabetes yang sering muncul antara lain adalah rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, sering merasa ngantuk, serta sering merasa lapar dan lemas.
Untuk itu Eliana mengungkapkan, diagnosis dan tindakan cepat merupakan titik awal untuk hidup sehat dengan diabetes. "Mengontrol diabetes adalah komitmen harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Karena dengan melakukan pengontrolan dan penanganan diabetes yang tepat dapat menghindari komplikasi akibat diabetes," tutupnya.
Baca Juga: Coba 4 Gerakan Yoga Ini, Bikin Badan Tambah Tinggi Loh!
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis