Suara.com - Kemenkes Akui Wabah di Depok Tingkatkan Prevalensi Hepatitis A di 2019
Setelah Cilacap Jawa Timur, Indonesia kembali dihebohkan dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan Pemkot Depok terhadap wabah Hepatitis A, yang diperkirakan menjangkit 262 orang.
Pada awalnya kejadian virus berasal dari SMPN 20 Depok, Jawa Barat lalu meluas ke luar dari itu. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono M.Kes mengatakan hingga kini data menunjukkan sudah ada 171 orang yang positif terjangkit Hepatitis.
"Dari 262 itu yang sudah menunjukkan gejala dan tanda memang kita lakukan Rapid Diagnostic Test sudah ditemukan beberapa yang positif. Dari 262 yang bergejala, 171 dilakukan test yaitu positif IGM dan IGG," ujar Anung dalam konferensi pers di Kemenkes RI, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2019).
IGG dan IGM adalah sejenis kategori adanya virus Hepatitis melalui tes darah. Saat darahnya menunjukkan IGM yang dominan maka orang tersebut termasuk kategori baru terinfeksi. Sedangkan jika IGG yang lebih dominan ialah ia sudah lama dan pernah terjangkit beberapa tahun lalu.
Saat awalnya seseorang dari kategori IGG menjadi IGM artinya ia akan kebal seumur hidup dari virus hepatitis. Mengingat virus hepatitis hanya akan menyerang sekali seumur hidup, peluang yang sudah terjangkit hanyalah sembuh atau meninggal.
Mengingat ini kejadian Hepatitis A untuk ketiga kalinya yang menjadi sorotan di Indonesia pada 2019, Anung membenarkan prevalensi Hepatitis A terjadi peningkatan. Tapi catatan belum berakhir mengingat periode 2019 belum usai.
"Prevalensi itu seasonal, tahun ini kejadian cukup banyak. Prevalensi hepatitis tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, tapi belum bisa diketahui karena tahun ini belum berakhir," jelasnya.
Anung mengatkan pada September lalu hepatitis masuk ke Bogor, dengan sudah adanya focal point atau asal virus dari 50 orang. Disinilah Anung meminta masyarakat waspada dan tetap menjalani pola hidup sehat serta menjaga kebersihan.
Baca Juga: Kasus Hepatitis A di Depok, Kadinkes Periksa Jajanan di Sekitar SMPN 20
"Bogor tahun ini sudah ada focal point 50, penyebab virus. Perilaku yang tadi saya sampaikan harus hidup sehat," tuturnya.
"Misalnya sekalipun di sebelah saya hepatitis, tapi ketika melakukan perilaku yang bersih dan hidup sehat nggak akan menular, sendok yang dipakai dicuci yang benar nggak akan menular, kalau benar-benar melakukan itu," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis