Suara.com - Setiap manusia memiliki volume otak yang berbeda-beda. Meski begitu, volume otak tidak berkaitan dengan daya ingat atau memori yang lebih baik. Demikian kata salah satu studi baru dari Michigan State University.
Dilansir dari Medical Express, hippocampus yang lebih besar dan tertanam dalam di otak tidak selalu dapat diandalkan memprediksi kemampuan belajar dan memori pada orang dewasa.
Dahulu para peneliti percaya bahwa hippocampus yang lebih besar berarti membawa memori yang lebih baik. Sampai akhirnya keyakinan tersebut dipatahkan pada sebuah penelitian di 2004, di mana menunjukkan ukuran tidak berkaitan dengan memori.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Cerebral Cortex, menunjukkan bahwa ukuran hippocampus hanya merupakan penanda pembelajaran yang bermakna bagi orang lanjut usia dengan materi putih limbik yang lebih utuh, yakni sirkuit saraf yang menghubungkan hippocampus ke bagian otak lainnya.
Studi ini memiliki implikasi potensial untuk diagnosis dini gangguan memori terkait penuaan seperti penyakit Alzheimer. Sebab, penurunan kognitif mereka terabaikan jika dokter tidak juga mempertimbangkan konektivitas materi putih mereka.
Peneliti melakukan dua jenis pemindaian otak MRI pada lebih dari 330 orang dewasa yang merupakan bagian dari Berlin Aging Study-II (BASE-II), sebuah investigasi penuaan yang besar berdasarkan populasi di Jerman.
Di sini, orang dewasa yang terlibat memiliki otak di mana hippocampus-nya lebih besar. Para peserta melakukan tes belajar dan memori sebanyak lima kali untuk mengukur bagaimana mereka belajar melalui pengulangan.
Peneliti kemudian menganalisis hubungan antara seberapa cepat peserta belajar dan ukuran hippocampus dan struktur materi putih mereka.
Mereka melaporkan bahwa pembelajaran yang lebih cepat hanya ditemukan pada orang dewasa yang memiliki hippocampus lebih besar dan sirkuit materi putih lebih seragam yang menghubungkannya dengan bagian otak lainnya.
Baca Juga: Sinestesia Ternyata Genetik, Studi Tunjukkan Bagaimana Otak Mereka Bekerja
"Temuan kami memperkuat perspektif yang berkembang bahwa mempelajari perubahan yang berkaitan dengan usia dalam pembelajaran dan memori dari perspektif sistem, tampak jauh lebih informatif dalam memahami berbagai pola penurunan otak dan kognitif daripada berfokus pada wilayah otak tunggal mana pun," kata Andrew Bender selaku pemimpin penelitian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- 3 Rekomendasi Mobil Keluarga 9 Seater: Kabin Lega, Irit BBM, Harga Mulai Rp63 Juta
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!