Health / Parenting
Jum'at, 05 Desember 2025 | 19:20 WIB
Kenalkan gizi dan nutrisi ke anak lewat memasak. [Shutterstock].
Baca 10 detik
  • Aktivitas memasak pascapandemi menjadi sarana edukasi efektif mengenalkan konsep gizi seimbang kepada anak-anak.
  • Kompetisi tersebut menekankan pemahaman nutrisi dan bahan berkualitas, dengan Kayna Renee Lynn dari Bogor sebagai juaranya.

Suara.com - Pendidikan mengenai gizi seimbang bagi anak sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Teori tentang kesehatan kerap dianggap membosankan oleh anak-anak.

Namun, tren gaya hidup pascapandemi menunjukkan adanya pergeseran pola asuh, di mana orang tua mulai memanfaatkan aktivitas praktis di rumah sebagai sarana edukasi.

Data NielsenIQ Indonesia Mid-Year Consumer Outlook Guide to 2025 mencatat bahwa 64% konsumen Indonesia kini lebih memilih melakukan aktivitas di rumah.

Tren at-home cooking ini menjadi momentum emas untuk mengenalkan pentingnya memilih bahan makanan berkualitas demi mendukung tumbuh kembang anak sejak dini.

Dapur sebagai Ruang Kelas Nutrisi

Memasak tidak lagi sekadar kegiatan domestik, melainkan telah bertransformasi menjadi laboratorium kecil bagi anak untuk memahami sumber energi tubuh. Hal inilah yang tecermin dalam ajang kompetisi memasak anak, Grand Final Weyoco Junior Chef Indonesia Season 5, yang digelar di La Piazza Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.

Acara yang mempertemukan 50 finalis terpilih dari berbagai kota di Indonesia ini membuktikan bahwa anak-anak usia 10–15 tahun mampu memahami konsep nutrisi yang kompleks melalui praktik langsung di dapur.

Dalam sesi edukasi yang menjadi bagian dari acara tersebut, para ahli gizi menekankan bahwa pemahaman tentang karbohidrat kompleks dan protein harus dikenalkan sejak dini. Memasak pasta, misalnya, bisa menjadi pintu masuk untuk mengajarkan anak tentang sumber energi yang tahan lama dan zat pembangun tubuh.

Export Manager San Remo, Bruno Scheidt, menjelaskan bahwa antusiasme anak-anak dalam mengolah makanan menunjukkan bahwa dapur bisa menjadi ruang kelas yang paling menyenangkan.

Baca Juga: Dari Dongeng ke Scrolling: Hilangnya Sentuhan Orang Tua dalam Tumbuh Kembang Anak

“Ketika mereka belajar memilih bahan berkualitas dan memahami nilai gizi dari setiap bahan yang digunakan, mereka sedang membangun fondasi pola makan sehat yang akan terbawa hingga dewasa. Grand Final ini membuktikan bahwa memasak bisa menjadi media pembelajaran yang bermakna sekaligus menyenangkan,” ujar Bruno.

Pentingnya edukasi ini juga dibahas dalam sesi bincang santai (talk show) bersama ahli gizi Alenna dan pendiri komunitas Smartmums, Vibie. Mereka menyoroti bahwa melibatkan anak dalam proses memasak adalah cara paling organik untuk mengenalkan konsep gizi seimbang.

Anak yang terlibat dalam proses pembuatan makanan cenderung lebih menghargai apa yang mereka makan dan lebih terbuka untuk mencoba menu sehat.

Lebih dari Sekadar Rasa: Pentingnya Pemahaman Gizi

Aspek edukasi gizi ini juga menjadi kriteria utama dalam penilaian kompetisi. Di hadapan juri profesional yang terdiri dari Chef Vindex Tengker (Vice President Asosiasi Chef Profesional), Bukhori (MasterChef Indonesia Season 5), Machel (MasterChef Indonesia Season 9), dan influencer Cynthia (@janelleandmom), para peserta tidak hanya dituntut menyajikan hidangan lezat.

Ajang ini merupakan puncak dari rangkaian audisi di enam kota besar dan seleksi daring yang diikuti lebih dari 600 peserta. Setelah melalui penilaian ketat, gelar juara berhasil diraih oleh Kayna Renee Lynn dari Bogor, disusul oleh Ariele Ridinda Kirei dari Depok di posisi kedua, dan Talenia dari Kebayoran di posisi ketiga.

Load More