Suara.com - Pandemi terakhir terjadi pada 2009 silam, yaitu H1N1 atau flu babi. Antara April 2009 hingga 2010, virus ini telah menginfeksi 1,4 miliar orang di seluruh dunia dan menewaskan antara 151.700 hingga 575.400 orang, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Menurut pakar Steffanie Strathdee, Dekan Asosiasi Ilmu Kesehatan Global di Departemen Kedokteran Universitas California San Diego, seharusnya pandemi flu babi ini menjadi tanda peringatan.
"Itu tidak berakhir menjadi pandemi yang menewaskan jutaan orang seperti yang kita khawatirkan, tetapi seharusnya menjadi peringatan. Dari semua perkiraan, Covid-19 akan menjadi pembunuh utama," tuturnya, dikutip dari Live Science.
Pandemi flu babi vs pandemi virus corona baru
Pandemi H1N1 adalah pandemi global kedua setelah flu Spanyol pada 1918 silam yang menjadi salah satu pandemi paling mematikan sepanjang sejarah.
Flu babi ini disebabkan oleh strain virus baru berasal dari Meksiko. Pada Juni 2009 ada cukup banyak kasus, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini sebagai pandemi.
Di AS, antara April 2009 hingga April 2010, CDC memperkirakan ada 60,8 juta, dengan lebih dari 274.000 dirawat dan hampir 12.500 kematian (angka kematian sekitar 0,02%).
Sedangkan virus corona baru, sejauh ini tingkat kematian tinggi yaitu sekitar 2% (meski jumlah akan berubah seiring waktu). Meski terlihat kecil, jika diperkirakan dapat berarti jutaan kematian lagi.
Pandemi 2009 tercatat lebih banyak menyerang anak-anak dan orang dewasa muda, serta 80% kematian terjadi pada mereka yang usianya di bawah 65 tahun.
Baca Juga: Dampak Pandemi Corona, Ironis Nasib Tenaga Outsourcing Setelah Dirumahkan
Berbeda dengan virus corona baru yang sejauh ini tercatat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah, termasuk orang tua di atas 60 tahun dan orang yang punya penyakit kronis.
Dilansir Live Science, flu H1N1 juga tidak lebih menular dibandingkan virus corona baru.
Nomor reproduksi dasar (R-nought value) adalah jumlah yang diharapkan dari orang yang dapat 'menangkap' virus dari satu orang yang terinfeksi.
Menurut ulasan yang terbit di jurnal BMC Infectious Disease, R-nought value adalah 1,46 untuk virus H1N1. Sedangkan untuk SARS-CoV-2, R-nought value diperkirakan antara 2 dan 2,5, untuk saat ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!