Suara.com - Ramai Ortu Ajarkan Buang Air Pada Anak Selama Karantina di Rumah Aja
Banyak orangtua yang menggunakan waktu luangnya di tengah karantina karena Covid-19 untuk melatih anak-anak mereka melakukan potty training atau belajar buang air menggunakan toilet sendiri.
Bahkan Jamie Glowacki, pakar potty training menyebutkan bisnisnya naik sebesar 70 persen sejak masa karantina dimulai.
"Pesananku penuh," katanya, yang menawarkan konsultasi privat dan latihan online ini kepada Good Morning America.
Michelle D. Swaney, pemilik The Potty School di California mengatakan bahwa banyak orangtua yang melatih anaknya potty training disebabkan ketakutan habisnya popok di tengah pandemi ini.
Faktor lainnya adalah soal finansial selama krisis ekonomi yang terjadi.
"Ada banyak perubahan yang terjadi pada finansial orang-orang sehingga mereka mencari cara untuk menabung dan bisa melakukan sesuatu yang produktif dan menggunakan waktu mereka dengan baik selama di rumah saja" kata Swaney.
Dokter anak juga biasanya menanyakan soal potty training saat checkup usia dua tahun, kata Dr Kelly Fradin, dokter anak di New York. Potty training bisa saja dilakukan setelah berusia 18 bulan, namun Dr Fradin mempertimbangkan 'waktu yang tepat' adalah di antara 24-28 bulan.
"Aku rasa banyak anak-anak yang secara fisiologis siap beberapa jam di antaranya untuk ke toilet dalam titik tersebut. Itu adalah usia yang baik karena sebelum perilaku menentang dimulai," katanya lagi.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Teleskop Hubble, NASA Rilis Foto Menakjubkan Ini
Walaupun begitu, melakukan potty training selama karantina ada tantangan tersendiri. Misal, potty training sudah menjadi sesuatu yang bisa membuat anak dan orang dewasa stres.
Tentunya menambahkan hal ini pada kecemasan dalam hidup selama pandemi global bisa mengganggu kesuksesan anak.
"Anak-anak tidak suka perubahan. Dengan perubahan besar seperti itu kamu harus membendung begitu banyak emosi," kata Glowacki.
Apalagi salah satu tahap potty training adalah bisa buang air di luar rumah. Namun dengan kondisi saat ini, keluar rumah bukanlah pilihan yang baik.
Swaney menyarankan saat orangtua mulai mengajarkan potty training pada anak, untuk memiliki orang yang dapat mendukung mereka. Diutamakan bukan termasuk keluarga, di mana Anda bisa melampiaskan emosi Anda.
"Punya seseorang yang bisa Anda andalkan di akhir hari dan berkata 'Ini hari yang melelahkan' atau kata-kata membangun apapun yang dibutuhkan, untuk menjauhkan emosi negatif tersebut dari orang yang telah melatih potty training seharian," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia