Suara.com - Polusi Udara, Biang Kerok Tingginya Angka Kematian Virus Corona
Dampak polusi udara ditengarai menjadi alasan tingginya angka kematian virus Corona Covid-19 di sejumlah negara. Meski kekinian kualitas udara meningkat, dampak yang ditinggalkan oleh paparan sebelumnya tidak serta merta hilang.
Dilansir Anadolu Agency, Kepala Analis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) Lauri Myllvirta mengatakan polusi udara mengakibatkan orang-orang yang terpapar Covid-19 dan telah memiliki latar belakang penyakit seperti diabetes, penyakit paru-paru, asma, penyakit jantung, dan kanker, akan lebih rentan bahkan cenderung mematikan.
Masalah kesehatan ini secara substansial meningkatkan risiko rawat inap dan kematian untuk pasien Covid-19.
"Artinya, sebanyak jutaan orang sudah menderita penyakit kronis dan cacat atau menjalani perawatan seperti kemoterapi karena paparan polusi udara di masa lalu, akan semakin rentan terhadap Covid-19," ujar Lauri dalam keterangan resmi, Senin (27/4/2020).
Menurutnya, besar kemungkinan juga risiko tersebut dipengaruhi oleh infeksi sistem kekebalan tubuh seseorang yang menurun akibat paparan polusi udara. Penyebab lainnya adalah masalah pernapasan yang kemudian diperburuk oleh polusi udara.
Untuk kedua kasus ini para peneliti memang sudah menemukan bukti, namun belum secara khusus untuk Covid-19. Dia mengatakan Covid-19 adalah penyakit baru dan masih banyak yang tidak pasti atau tidak diketahui.
Hanysa saja tingkat polusi udara yang tinggi memengaruhi pertahanan alami tubuh terhadap virus yang ditularkan melalui udara, dan membuat orang lebih mungkin tertular penyakit virus, yang juga berlaku untuk SARS-CoV-2.
"Dengan begitu, berarti kemungkinan paparan polusi udara berkontribusi terhadap penyebaran penyakit ini," imbuh Lauri lagi.
Baca Juga: Hati-Hati, Polusi Tak Terlihat Bisa Jadi Ancaman Banyak Penyakit Serius!
Lauri menambahkan paparan polusi udara adalah faktor risiko utama bagi banyak penyakit kronis yang membuat orang mengalami sakit parah, memerlukan perawatan intensif, ventilator, hingga meninggal akibat Covid-19.
"Berbagai penelitian ilmiah yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar dari penyakit seperti pernapasan kronis, penyakit jantung, asma, dan diabetes di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara," urainya.
Oleh karena itu, Lauri menambahkan bahwa paparan polusi udara di masa lalu berkontribusi pada jumlah kematian saat ini dan memicu tekanan yang besar pada sistem kesehatan untuk menghadapi penyakit saat ini.
Ia mengatakan untuk beberapa masalah infeksi pernapasan, paparan polusi udara pada orang yang terinfeksi dapat memperburuk gejala mereka dan meningkatkan risiko rawat inap hingga kematian, dan mungkin juga berlaku untuk pasien Covid-19, meski belum dikonfirmasi dengan penelitian khusus.
Menurut dia, tingkat polusi udara saat ini berkontribusi terhadap penyakit, kebutuhan akan layanan dan perawatan kesehatan dari penyakit-penyakit lain, hingga menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan. Lauri menambahkan polusi udara merupakan faktor risiko utama kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Bawah.
"Ini berarti bahwa tingkat polusi udara saat ini [yang tetap berbahaya di sebagian besar dunia dan meskipun terjadi penurunan yang disebabkan oleh langkah-langkah untuk mengendalikan virus] tetap berkontribusi pada jumlah kasus parah dan kematian akibat Covid-19," tutup Lauri.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan