Suara.com - Walikota Soacha, Jose Carlos Saldarriaga berinisiatif agar warga memberi tanda ketika mengalami kesulitas saat lockdown. Kolombia sendiri telah memulai penguncian wilayah sejak 24 Maret lalu, di mana pemerintah melarang orang pergi ke luar rumah.
Melansir dari Aljazeera, orang-orang dianjurkan untuk menggantung kain berwarna merah ketika mereka kelaparan atau membutuhkan bantuan pangan. Sementara kain warna hitam menunjukkan bantuan atas kekerasan di rumah dan biru untuk bantuan medis.
"Kain merah adalah untuk menunjukkan kepada tetangga bagaimana satu sama lain hidup, sesuatu yang biasanya tidak terjadi. Ini memungkinkan semacam solidaritas dan dukungan dari tetangga mereka sambil menghadapi kelaparan yang mereka alami saat ini," kata Saldarriaga.
Setelah dia mengunggah ide itu di media sosial, mereka yang membutuhkan mulai menempatkan kain merah di luar pintu depan rumah. Fenomena itu menyebar ke bagian lain dari Bogota sebelum mendapatkan daya tarik nasional.
Noelia Casas (34) yang mengelola pusat komunitas Casa B, mengatakan bahwa komunitas tersebut telah membantu lebih dari 200 keluarga. Sayangnya sumber daya yang mereka miliki masih sangat terbatas.
"Kebutuhan semakin memburuk setiap hari. Kami memiliki banyak orang yang meminta bantuan," kata Casas.
"Sulit untuk mengatakan 'tidak' pada beberapa orang, tapi kami tidak punya sumber daya cukup untuk semua orang, ada begitu banyak ketimpangan di Kolombia," tambahnya.
Saat pandemi, orang tidak hanya membutuhkan pangan namun juga perlindungan atas kekerasan dan perawatan medis.
"Kain hitam berarti bahwa ada kekerasan yang sedang terjadi di rumah, dan kain biru adalah ketika bantuan medis diperlukan," kata John Orlando, Direktur Aksi Melawan Kelaparan Kolombia.
Baca Juga: Ali Syakieb dan Margin Wieheerm Lakukan Pemotretan Mesra, Prewedding nih?
"Kebutuhan akan terus berlanjut dan pasti meningkat dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," imbuhnya.
Meskipun banyak warga yang telah menggantung kain warna merah di luar jendela, beberapa mengatakan mereka masih belum menerima bantuan apapun.
"Kami memasangnya 20 hari yang lalu tetapi tidak ada hasilnya," kata Leidy Olaya, seorang warga yang tinggal di lingkungan miskin Giradot.
"Situasinya sudah sulit untuk kita hidup sehari-hari," kata Francy Olaya, ibu dari Leidi Olaya.
"Sedikit tabungan yang kita miliki sudah habis. Kita tidak punya apa-apa dan pemerintah tidak mengerti," tambahnya.
Sementara itu, per Selasa (28/4/2020), Kolombia memiliki 5.597 kasus dengan tingkat kematian mencapai 253 jiwa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!