Suara.com - Bongkar Fakta Hydroxychloroquine, Ilmuwan AS Dilengserkan Trump
Seorang ilmuwan pemerintah Amerika Serikat mengatakan, bahwa ia digulingkan dari posisinya setelah mengungkapkan presiden Trump akan mendistribusikan obat hydroxychloroquine atau hidroksiklorokuin untuk perawatan Covid-19 meski tidak ada bukti ilmiah.
Melansir dari Huffpost, ilmuwan tersebut adalah Rick Bright, mantan direktur Biomedis Penelitian Lanjutan dan Otoritas Pengembangan AS. Ia mengajukan pengaduan pada Kantor Penasihat Khusus, sebuah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas pengaduan pelapor Selasa (5/5/2020).
Dia menuduh gedung putih menugaskannya ke peran yang lebih rendah karena dia menolak tekanan politik untuk memungkinkan penggunaan hydroxychloroquine, obat malaria yang diusulkan Trump.
Bright juga mengatakan pemerintahan Trump menolak peringatannya tentang Covid-19 di awal wabah. Menurut Bright, ia mengingatkan untuk bertindak mengatasi penyebaran Covid-19 setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan pada Januari.
"Menghadapi perlawanan dari kepemimpinan HHS, termasuk Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar yang tampaknya berniat mengecilkan peristiwa bencana ini," kata Bright.
Bright menuduh dalam aduannya bahwa orang-orang yang ditunjuk secara politis di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan telah mencoba mempromosikan hydroxychloroquine sebagai obat mujarab.
Pada keluhannya, Bright mengatakan para pejabat juga menuntut agar New York dan New Jersey diberikan obat-obatan yang diimpor dari pabrik-pabrik di Pakistan dan India dan belum diperiksa oleh FDA.
Tetapi Bright menentang penggunaan obat hydroxychloroquine secara luas dengan alasan tidak adanya bukti ilmiah untuk pasien Covid-19.
Baca Juga: Mulai Besok, Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan Berpenumpang
Dia merasakan untuk memberi tahu publik bahwa tidak ada cukup bukti ilmiah penggunaan obat tersebut untuk pasien Covid-19.
Pada April, Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) Amerika Serikat memperingatkan dokter agar tidak meresepkan obat kecuali di rumah sakit dan studi penelitian. Dalam peringatan, adanya laporan tentang efek samping jantung fatal di antara pasien Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya