Suara.com - Kasus pelecehan seksual yang terjadi di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, belum berakhir. Menurut LBH Yoagyakarta, tidak sedikit penyintas yang hingga kini masih mengalami trauma.
"Kondisi penyintas saat ini sedang proses pemulihan, LBH Yogyakarta saat ini fokus terhadap upaya pemulihan psikologis korban."
"Kami tidak bisa memastikan tiap orang bagaimana keadaannya, hanya saja ada informasi dimana penyintas secara psikologis mengalami goncangan atau syok," terang Direktur LBH Yogyakarta, Yogi Zul Fadhli kepada SuaraJogja.id, beberapa waktu lalu.
Trauma emosional dan psikologis adalah hasil dari peristiwa yang luar biasa menegangkan sehingga menghancurkan rasa aman seseorang, membuat orang tersebut tidak berdaya saat kondisi yang berbahaya.
Berdasarkan helpguide.org, trauma psikologis dapat membuat seseorang berjuang dengan emosi, ingatan, dan kecemasan yang tidak akan hilang.
Pengalaman traumatis seringkali melibatkan ancaman terhadap kehidupan atau keselamatan, tetapi situasi apapun yang membuat seseorang kewalahan dan terisolasi dapat mengakibatkan trauma, bahkan jika itu tidak melibatkan kerusakan fisik.
Bukan keadaan obyektif yang menentukan apakah suatu peristiwa traumatis, tetapi pengalaman emosional subjektif seseorang terhadap peristiwa tersebut. Semakin merasa takut dan tidak berdaya, semakin besar kemungkinan mereka mengalami trauma.
Gejala trauma psikologis
Berikut gejala trauma emosional dan psikologis:
Baca Juga: Muhadjir: UGM maupun UII Tak Ada Greget Tangani Kasus Pelecehan Seksual
- Syok, penolakan, atau tidak percaya
- Kebingungan, sulit berkonsentrasi
- Kemarahan, lekas marah, perubahan suasana hati
- Kecemasan dan ketakutan
- Rasa bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri
- Memisahkan diri dari orang lain
- Merasa sedih atau putus asa
- Merasa terputus atau mati rasa
Sedangkan gejala secara fisiknya, antara lain:
- Insomnia atau mimpi buruk
- Kelelahan
- Terkejut dengan mudah
- Kesulitan berkonsentrasi
- Detak jantung berdetak kencang
- Kegelisahan dan agitasi
- Sakit dan nyeri
- Ketegangan otot
Setiap orang bereaksi terhadap trauma secara berbeda, masing-masing mengalami berbagai reaksi fisik dan emosional. Tidak ada cara 'benar' dan 'salah' untuk berpikir, merasakan, atau meresponnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya