Suara.com - Terkait rencana pemerintah yang akan membuka sekolah pada bulan Juli 2020 nanti, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan anjuran yang salah satunya berbunyi untuk tidak membuka sekolah sampai bulan Desember 2020. Sebab, ditemukan kasus Covid-19 pada anak di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 7,5 persen.
"Angka persentasi Covid-19 anak di kita itu kalau dari data Kemkes itu 7,5 persen secara keseluruhan. Itu relatif lebih tinggi kalau dibandingkan negara lain yang sekitar 1 sampai 5 persen," kata Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), konsultan respirologi anak dari Satgas Covid-19 IDAI kepada Suara.com, Senin (1/6/2020).
Dr. Nastiti melanjutkan, angka yang meninggal juga cukup tinggi dibandingkan negara lain jika dilihat per usia. Di negara lain, hampir tidak terdeteksi, sementara di Indonesia ada yang 1,8 persen atau 3,8 persen menurut kelompok usia.
Salah satu faktor yang menyebabkan angka kematian anak akibat Covid-19 cukup tinggi adalah parameter kesehatan umum Indonesia yang banyak tertinggal dari negara lain.
Yakni seperti cakupan imunisasi yang lebih rendah dan angka stunting yang lebih tinggi.
"Artinya, parameter kesehatan kita tidak lebih baik dari negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, maupun Italia, maka wajar kalau angka kematian anak kita lebih tinggi," imbuhnya.
Selain itu, adanya anggapan yang salah tentang kelompok anak tidak termasuk kelompok yang rentan atau bahkan tidak mudah terserang Covid-19 dibandingkan dengan orang dewasa atau usia lanjut.
Apabila nanti sekolah bisa dibuka setelah bulan Desember, tugas yang harus dikerjakan masih banyak. Bukan hanya sekadar memberikan edukasi jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan, namun lebih kompleks dari itu.
Menurut dr. Nastiti, skrining atau penapisan yang memadai jugua perlu dilakukan, baik bagi anak, orangtua, dan guru yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Baca Juga: 11 Evaluasi IDAI di Akhir Masa Tanggap Darurat Covid-19
Hal ini merujuk pada kejadian di Perancis dan Korea Selatan yang kembali menutup sekolah karena dijumpai kasus positif usai membuka sekolah.
Ia menyayangkan, kapasitas tes di Indonesia sendiri masih rendah. Sehingga IDAI melihat kesiapan untuk membuka sekolah kembali belum ada.
"Dan yang paling penting dan melihat tren epidemiologisnya belum aman dibuka sekolah seperti negara-negara lain yang mulai memberlakukan new normal," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa