Ruhlman menunjukkan bahwa warna kuning telur ditentukan oleh apa yang dimakan ayam. Diet berkualitas tinggi tentu akan meningkatkan nutrisi di dalam telur.
Untuk memaksimalkan produksi, sebagian besar produsen menyimpan ayam di dalam kandang yang dilengkapi penerangan selama 24 jam sehari, karena ayam bertelur lebih banyak ketika terkena cahaya yang lebih besar.
Akses ke luar juga mempengaruhi telur. "Ayam saya terus mendapatkan makanan yang beragam," kata Patten, yang meliputi biji-bijian, sayuran hijau, dan apapun yang ditemukan hewan di luar.
"Itu akan membuat telur lebih bergizi," kata Patten. Suplemen vitamin D, misalnya, tentu efeknya akan sangat berbeda dibandingkan jika kita keluar dan terkena sinar matahari.
Sebagai hasil dari praktik ini, telur yang diproduksi secara massal di Amerika pun memiliki warna kuning telur yang lebih pucat daripada yang diproduksi di peternakan yang lebih kecil.
"Kuning telur adalah bagian yang paling bergizi dalam telur," jelas Patten.
Warna cangkang adalah perbedaan lain yang bisa diamati antara telur yang diproduksi secara massal dan telur yang berasal dari peternakan kecil. Kebanyakan orang terbiasa melihat cangkang putih atau coklat di rak-rak supermarket. Telur ayam yang dihasilkan Patten menghasilkan warna pelangi.
Ayam petelur telah dibesarkan secara turun-temurun untuk menghasilkan telur yang banyak. Itulah sebabnya mengapa warna cangkang putih dan coklat mendominasi, kata Patten.
"Anda benar-benar bisa mendapatkan telur yang berubah dari merah muda menjadi hijau zaitun menjadi coklat kecoklatan. Itu hanya ada hubungannya dengan ras,” katanya lagi.
Baca Juga: Kelewat Ribet tapi Canggih, Orang Ini Buat Lukisan di Atas Telur Ceplok
Apakah telur di negara-negara Eropa lebih baik?
"Jika diproduksi massal, mungkin sama tidak sehatnya dengan telur yang diproduksi massal di Amerika," kata Ruhlman, yang menjelaskan bahwa perbedaan telur di Amerika Serikat dan, katakanlah, Italia, kemungkinan sangat sedikit.
Namun, "Eropa memiliki akses ke makanan berkualitas lebih tinggi secara umum," katanya. Itu karena skala produksi massal lebih kecil, dan kebanyakan orang memiliki akses lebih besar ke petani kecil.
Lalu, bagaimana cara kita mendapatkan telur yang baik? "Inilah jawabannya: Beli dari peternak lokal," kata Patten.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental