Suara.com - Heni, seorang perempuan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat melahirkan bayi laki-laki dan hanya hamil selama 1 jam. Peristiwa ini pun ditayangkan secara live via Facebook oleh akun bernama @Taofik Romdoni.
Melalui unggahannya, Taofik mengatakan Heni hanya melalui proses kehamilan 1 jam saja, tidak 9 bulan seperti wanita hamil umumnya. Bahkan Heni melahirkan bayi laki-lakinya dalam kondisi haid atau menstruasi.
Perempuan 28 tahun itu mengaku tak pernah merasakan apapun sebelum persalinan anaknya. Bahkan ia juga selalu menstruasi setiap bulannya. Sampai akhirnya, peistiwa langka ini terjadi mendadak pada hari Sabtu (19/7/2020) sekitar pukul 21.30 WIB.
Kehamilan singkat dan dadakan ini memang bukan hal baru dalam dunia medis. Kehamilan dan persalinan yang dialami Heni biasa disebut cryptic pregnancy atau kehamilan kriptik.
Wanita yang mengalami kehamilan kriptik tidak akan menyadari dirinya sedang hamil. Dilansir dari Medical News Today, mereka biasanya menyadari dirinya hamil selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau saat melahirkan.
Sebuah studi 2011 pun menemukan bahwa 1 dari 475 wanita menyangkal kehamilannya pada usia 20 minggu atau lebih. Tapi, wanita dengan kehamilan kriptik seringkali tidak mengalami gejala khas kehamilan, seperti mual, telat menstruasi dan pembengkakan perut.
Bahkan dokter dan kerabat juga mungkin tidak menyadari wanita itu sedang hamil. Dokter biasanya mengklasifikasikan kehamilan kriptik sebagai psikotik atau nonpsikotik.
Sementara itu, bayi yang lahir dari kehamilan kriptik cenderung memiliki berat badan yang kurang dan kurangnya perawatan prenatal bisa memengaruhi perkembangan mereka.
Penyebab kehamilan kriptik
Baca Juga: Virus Corona Catatkan Rekor Tertinggi, Nilai Tukar Rupiah Jeblok
Para peneliti pernah berpikir bahwa wanita dengan kehamilan kriptik biasanya memiliki satu lebih faktor berikut ini:
1. Usia lebih muda
2. Ketidakmampuan
3. Dukungan sosial dan keluarga yang buruk
4. Penyakit mental
5. Riwayat penyalahgunaan narkoba
Kini, nampaknya tidak ada indikator yang jelas mengenai kehamilan kriptik. Bukti sekarang menunjukkan bahwa sebagian besar wanita dengan kehamilan kriptik biasanya berusia 20 tahunan, sudah punya anak dan memiliki dukungan sosial serta keluarga yang baik.
Sebagian kecil wanita yang mengalami kehamilan kriptik memiliki kecerdasan rendah, penyalahgunaan narkoba atau gangguan mood dan kejiwaan.
Tekanan eksternal dan konflik mental atau emosional saat kehamilan bisa menyebabkan penolakan kehamilan pada wanita tersebut. Dalam kondisi ini, dokter mungkin kesulitan mengidentifikasi wanita dengan karakteristik menolak kehamilan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak