Suara.com - Korea Selatan tengah mengurus perizinan untuk melakukan uji klinis calon obat Covid-19 yang menggunakan plasma darah.
Dilansir ANTARA, obat buatan perusahaan farmasi GC Pharma mengggunakan plasma darah aktif pasien Covid-19 yang berhasil sembuh.
GC Pharma mengatakan uji akan dilakukan terhadap 60 pasien Covid-19 di lima rumah sakit dalam negeri. Uji tersebut akan mengevaluasi keamanan dan khasiat calon obat tersebut.
Otoritas di Korea Selatan memperbolehkan Green Cross/GC Pharma melewati uji klinis tahap I. Pihak perusahaan menyebut produknya itu akan jadi obat dari plasma darah pertama yang masuk uji klinis tahap II di Korea Selatan.
Obat buatan Green Cross, yang disebut GC5131A, mengandung plasma pemulih atau imunoglobulin hiperimun. Plasma pemulih itu diperoleh dari antibodi plasma darah pasien Covid-19.
Green Cross telah berjanji akan mendonasikan obat yang ia buat ke seluruh pasien Covid-19 di Korsel. Setidaknya, lebih dari 1.000 pasien Covid-19 yang telah sembuh di Korsel mendonasikan plasma darahnya.
GC Pharma pada Mei bersama Takeda Pharmaceutical, Biotest AG, CSL Behrring, dan Octapharma Plasma, membentuk aliansi yang disebut "The CoVIg Plasma Alliance" untuk terapi imunoglobin. Aliansi itu dibentuk untuk mempercepat pengembangan obat Covid-19 dari plasma darah.
Saham Green Cross naik hampir 10 persen menjadi 259.000 won (sekitar Rp3,19 juta) setelah pengumuman uji klinis tahap II. Nilai indeks saham gabungan di Korea Selatan/KOSPI naik 0,2 persen.
Manfaat plasma darah
Baca Juga: Pernah Dipanggil Dukun, Butet Berharap Bisa Temukan Obat Corona
Para peneliti di New York, telah menemukan bahwa pengobatan transfusi plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh adalah aman.
Penelitian terhadap 20.000 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, yang diterbitkan dalam Mayo Clinic Proceedings, menunjukkan bahwa pemberian plasma darah kepada orang-orang di awal penyakit mungkin bermanfaat.
"Upaya kami untuk memahami plasma pemulihan terus berlanjut. Kami optimis tetapi harus tetap objektif karena kami menilai peningkatan jumlah data," kata pemimpin penelitian Michael Joyner dari Mayo Clinic di Amerika Serikat, dikutip dari Times of India.
Laporan keamanan menilai tujuh hari setelah transfusi untuk pasien Covid-19 rawat inap yang dilakukan antara 3 April dan 11 Juni. Mereka dianggap berisiko mengembangkan kondisi parah atau mengancam jiwa.
Temuan menunjukkan bahwa angka kematian tujuh hari turun menjadi 8,6 persen dibandingkan dengan 12 persen dalam studi keselamatan sebelumnya dari 5.000 pasien pertama yang ditransfusikan. Efek samping serius pun terus berkurang.
Tetapi penulis mengingatkan bahwa hanya berpatokan pada laporan ini saja tidak memberikan bukti tentang efektivitas plasma konvalesen untuk mengobati Covid-19.
Berita Terkait
-
Netizen Bandingkan Runtuhnya Al Khoziny dan Sampoong: Antara Dibela vs Dipenjara
-
Aktris Korea Jeon Hye Bin Kemalingan Kartu Kredit di Bali, Rp178 Juta Ludes Dalam 10 Menit
-
Media Korea Selatan Ikut Soroti Skandal Dokumen Palsu Naturalisasi Malaysia
-
Resep Pajeon Makanan Korea, Ramai Di-recook setelah Drama Bon Appetit Your Majesty
-
Urai Penumpukan Roster CPMI Korea Selatan, Menteri Mukhtarudin Siapkan Langkah Strategis
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya