Suara.com - Rusia baru saja menyetujui vaksin virus corona untuk digunakan pada puluhan ribu orang, meskipun belum sepenuhnya diuji keefektifannya.
Rusia menamai vaksin yang baru disetujui "Sputnik V," mengacu pada satelit buatan pertama di dunia, yang diluncurkan selama perlombaan luar angkasa.
Dilansir dari Live Science, televisi pemerintah Rusia telah membingkai upaya di seluruh dunia untuk mengembangkan vaksin virus korona sebagai "ras" yang serupa, dan dalam mengumumkan persetujuan Sputnik V, Presiden Vladimir Putin pada dasarnya menyatakan Rusia sebagai pelopor.
"Kita harus berterima kasih kepada mereka yang membuat langkah pertama itu sangat penting bagi negara kita dan seluruh dunia," kata Putin dalam rapat kabinet baru-baru ini.
"Saya tahu [vaksin] telah terbukti efisien dan membentuk kekebalan yang stabil," kata Putin, meskipun tidak ada data yang dipublikasikan dari uji coba vaksin pada manusia dan tidak ada uji coba pada manusia tahap akhir yang sedang berlangsung.
Desakan untuk menyetujui vaksin tersebut telah menimbulkan kekhawatiran dari para ilmuwan di Rusia dan luar negeri. Mereka mengatakan bahwa hanya uji coba pada manusia yang dirancang dengan hati-hati, dan melibatkan ribuan orang, yang bisa dengan jelas menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan cukup efektif untuk penggunaan publik.
"Persetujuan jalur cepat tidak akan membuat Rusia menjadi pemimpin dalam perlombaan [vaksin], itu hanya akan membuat konsumen vaksin terkena bahaya yang tidak perlu," kata Asosiasi Organisasi Uji Klinis Rusia dalam sebuah pernyataan.
"Tidak mungkin untuk mengetahui apakah vaksin Rusia telah terbukti efektif tanpa menyerahkan makalah ilmiah untuk dianalisis dan kemudian mungkin ada masalah pada kualitas datanya," Keith Neal, profesor emeritus epidemiologi penyakit menular di Universitas Nottingham di Inggris, mengatakan dalam pernyataan yang diposting ke Science Media Center, sebuah organisasi yang memberikan komentar ahli tentang studi ilmiah dan liputan berita.
Tes manusia awal dari vaksin Rusia dimulai pada pertengahan Juni dan melibatkan 76 peserta, tetapi tidak ada data dari uji coba tersebut yang dirilis.
Baca Juga: Satgas Covid-19: Jangan Gelar Lomba 17-an yang Pegang-pegangan
Di luar kurangnya transparansi ini, para ilmuwan khawatir bahwa tidak ada uji klinis "fase 3" - tahap terakhir pengujian yang diperlukan agar vaksin dapat disetujui.
Uji coba fase 1 dan 2 biasanya mencakup beberapa ratus peserta, dan menguji apakah vaksin memicu respons imun tanpa memicu efek samping jangka pendek yang berbahaya.
Sementara uji coba awal ini memberikan petunjuk tentang seberapa baik vaksin bekerja, hanya uji coba fase 3, yang melibatkan ribuan hingga puluhan ribu sukarelawan, dapat membandingkan tingkat infeksi antara orang yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi.
Dengan kata lain, hanya uji coba fase 3 yang dapat menunjukkan bahwa vaksin mencegah infeksi COVID-19. Untuk menyetujui vaksin di AS, Food and Drug Administration (FDA) mewajibkan vaksin COVID-19 setidaknya harus mengurangi separuh kemungkinan seseorang terinfeksi virus jika dibandingkan dengan plasebo, atau injeksi inert.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Menkeu Purbaya Klaim Gugatan Tutut Soeharto Sudah Dicabut, Tapi Perkara Masih Aktif
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan