Suara.com - Inggris resmi mengalami resesi. Perekonomian Negeri Ratu Elizabeth itu mengalami kemerosotan besar antara April dan Juni akibat pandemi virus Corona.
Menyadur BBC, Rabu (12/8/2020), perekonomian Inggris menyusut hingga 20,4 persen dibandingkan dengan tiga pulan pertama di tahun 2020.
Kebijakan lockdwon dan pembatasan sosial yang diberlakukan demi menekan penyebaran infeksi virus Corona menjadi faktor utama jatuhnya Inggris ke jurang resesi.
Pengeluaran rumah tangga anjlok karena toko-toko diperintahkan tutup, sementara produksi pabrik dan konstruksi juga turun.
Resesi--yang didefinisikan sebagai penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut--ini jadi yang pertama dirasakan Inggris sejak 2009.
Kendati babak belur dihajar Covid-19, Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan ekonomi telah berangsur bangkit pada Juni.
Hal itu terjadi karena pembatasan sosial mulai dikendurkan oleh pemerintah Inggris.
Sebelumnya, bisnis perhotelan disebut paling terpukul oleh krisis kesehatan ini.
Jonathan Athow, wakil ahli statistik nasional untuk statistik ekonomi mengatakan ekonomi Inggris akan mulai bangkit kendati produk domestik bruto (PDB) masih stagnan.
Baca Juga: Nekad! Belum Teruji, Putin Klaim Beri Vaksin Covid-19 ke Anaknya
"Ekonomi mulai bangkit kembali pada bulan Juni dengan pembukaan kembali toko, pabrik mulai meningkatkan produksi dan pembangunan rumah terus pulih," kata Athow.
"Meskipun demikian, produk domestik bruto (PDB) pada bulan Juni masih berada di urutan keenam di bawah levelnya pada bulan Februari, sebelum virus menyerang."
Kehancuran ekonomi Inggris sebenarnya telah diprediksi Bank of England (BoE) pada akhir Mei 2020 lalu.
Bahkan, mereka menyebut ini adalah kemerosotan ekonomi terburuk selama tiga abad terakhir.
Ekonom Senior dari Bank Berenberg, Kallum Pickering sempat mengatakan masalah yang menerjang Inggris bukan hanya soal pandemi virus Corona, melainkan juga keputusan keluar dari Uni Eropa (UE).
"Seluruh dunia bergerak melawan resesi karena virus Corona. Tetapi Inggris memiliki masalah tambahan dalam negosiasi dengan UE pada paruh kedua tahun ini," kata Pickering dikutip dari CNN, 27 Mei lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah