Suara.com - Selama ini, banyak orangtua menganggap calistung (membaca, menulis, dan menghitung) sebagai indikator anak pintar. Namun, Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto, menepis hal tersebut. Menurutnya, banyak orangtua yang memaksakan anak yang masih berusia dini untuk bisa calistung, padahal untuk tingkatan TK anak-anak hanya diwajibkan untuk bermain.
"TK itu betul-betul tempat bermain bukan sekolah. Sekolah adalah sekolah dasar. Dari zaman menterinya pak Fuad Hasan, itu sudah ditegaskan bahwa masuk SD tidak ada persyaratan bisa calistung. TK adalah tempat bermain dan bersosialisasi persiapan masuk SD," ujar Kak Seto dalam bincang-bincang "Parents Talk Dompet Dhuafa", Jumat (9/10/2020).
Pada tingkatan TK, anak-anak seharusnya hanya dibiasakan untuk bersosialisasi, mengenal konsep kerjasama dengan teman, sopan-santun, dan saling menghormati. Dan jika hal tersebut bisa didapatkan di rumah, maka menurut Kak Seto, anak bahkan sesungguhnya tidak perlu masuk pada pendidikan TK secara formal.
"Jadi kalau anak di rumah sudah senang, teman-temannya sudah banyak tetangganya kiri-kanan mungkin saudaranya juga banyak, sudah bisa bersosialisasi dan bekerja sama, itu saja sudah cukup. Jadi kompetensi di SD itu, semester 1 anak cukup menghitung sampai 20. Semester 2 sampai 100," kata Kak Seto.
Kak Seto juga memohon kepada para orangtua agar tidak memaksakan tahap perkembangan anak, sebab hal tersebut akan mengganggu perkembangan jiwanya. Terlebih di masa pandemi ini. Kak Seto mengatakan bahwa selama pandemi anak TK tidak perlu dipaksa untuk mengikuti kurikulum pendidikan.
"Jadi mohon hak anak untuk belajar sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya dihargai, tidak ada paksaan. Jadi jangan sampai dia dipamerkan sudah bisa ini-itu. Ini bukan demi anak tapi kadang demi kebanggaan para orangtua," ujar Kak Seto.
"Yang penting adalah kita bahagia menatap putra-putri kita yang ceria, karena anak bukan ingin kreatif atau cerdas saja, tapi juga bahagia. Jadi jangan sampai ada kekerasan atas nama pendidikan, karena itu justru akan kontraproduktif dan hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan bersama," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
Pakar Ungkap Cara Memilih Popok Bayi yang Sesuai dengan Fase Pertumbuhannya
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang