Suara.com - Setelah sempat dikabarkan positif virus corona Covid-19 pada awal Oktober, Donald Trump sudah berpartisipasi dalam acara kampanye publik pada hari Sabtu (10/10/2020) lalu.
Penampilannya itu hanya berjarak 10 hari setelah Trump didiagnosis dengan virus corona. Donald Trump juga menyampaikan kepada sekelompok pendukungnya via telepon bahwa dirinya telah 'dinyatakan sepenuhnya negatif' Covid-19.
Namun sejauh ini, dokter kepresidenan yang merawat Trump, Komandan Angkatan Laut AS Dr Sean Conley, belum merilis pernyataan terbaru soal kondisi kesehatan Presiden AS tersebut.
Walau dikutip dari Fox News, ia sudah mengirimkan sebuah memo pada Sabtu (10/10) waktu setempat yang menyatakan Trump tidak lagi berisiko menularkan virus corona.
Mengingat Trump menerima oksigen tambahan dan obat-obatan seperti deksametason yang umumnya disediakan untuk kasus yang lebih serius, beberapa orang mungkin bertanya-tanya berapa lama waktu yang cukup untuk melakukan isolasi.
Dilansir dari Self, secara umum para ahli berpikir bahwa orang paling cepat menularkan penyakit mereka saat gejala pertama kali muncul. Terutama jika gejala yang muncul adalah batuk dan bersin. Sebab dua gejala itu secara aktif menyebarkan tetesan pernapasan yang mengandung virus. Tetapi orang-orang tanpa gejala yang nyata dapat menyebarkan virus juga .
Jika Anda telah melakukan kontak dengan seseorang yang mungkin memiliki atau pasti menderita Covid-19, Anda harus mengkarantina diri sendiri selama 14 hari, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Itu berarti Anda harus tinggal di rumah dan memantau diri Anda sendiri untuk kemungkinan gejala Covid-19.
Jika Anda yang dinyatakan positif, selain mengisolasi diri, Anda juga perlu menghindari berbagi kamar mandi dengan orang lain sebanyak mungkin.
Baca Juga: Dokter Gedung Putih Nyatakan Presiden Trump Sembuh dari Covid-19
Kebanyakan orang yang didiagnosis positif dan mengembangkan gejala, dapat berhenti mengisolasi diri setelah 10 hari sejak timbulnya gejala. Dengan catatan mereka tidak mengalami demam setidaknya selama 24 jam dan gejala lainnya membaik.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS sebelumnya merekomendasikan agar orang yang memiliki gejala menunggu sampai mereka menerima tes Covid-19 negatif sebelum berinteraksi fisik dengan orang lagi.
Namun itu tidak lagi direkomendasikan dalam banyak keadaan mulai Juli lalu. Mereka yang tidak pernah mengalami gejala dapat berhenti mengisolasi diri usai 10 hari setelah tes PCR positif Covid-19 pertama mereka.
Namun, orang-orang yang memiliki kasus Covid-19 yang lebih parah atau yang mengalami gangguan kekebalan parah karena kondisi kesehatan atau pengobatan mungkin perlu menunggu lebih lama sebelum berada di sekitar orang lain.
Kata CDC, , mereka mungkin perlu terus mengisolasi hingga 20 hari setelah timbulnya gejala. Sebab biasanya beberapa orang dengan kasus yang lebih parah dapat menghasilkan partikel virus yang mampu bereplikasi setelah 10 hari.
Bahkan setelah 20 hari, pasien-pasien ini mungkin memerlukan pengujian virus corona tambahan untuk memastikan bahwa mereka aman berada di sekitar orang lain sebelum mengakhiri isolasi mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis