Suara.com - Penyebab kanker payudara memang beragam, dari mulai gaya hidup, makanan, faktor keturunan hingga pemasangan alat kontrasepsi.
Isu yang beredar di tengah masyarakat, pemasangan alat kontrasepsi atau pencegah kehamilan bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara, benarkah?
Dokter Spesialis Kandungan dr. Darrell Fernando, Sp.OG, membenarkan isu tersebut. Menurutnya pemasangan KB khususnya KB hormonal atau KB suntik bisa meningkatkan risiko kanker payudara.
"Jadi kalau untuk KB itu memang kalau berbicara pil KB saja, tanpa embel-embel, itu dia memang bisa meningkatkan kanker payudara," ujar dr. Darrell dalam diskusi IG Live @ayahbunda_, Senin (13/10/2020).
Beruntung pemasangan KB suntik biasanya digunakan dalam jangka pendek yakni 2 hingga 5 tahun setelahnya kembali dilepas. Saat dilepaskan risiko kanker payudara kembali turun.
"Biasanya konsumsi kontrasepsi itu pada usia produktif, biasanya sebelum 40 tahun sudah dihentikan, setelah dihentikan risikonya kembali turun" jelas dr. Darrell.
Sehingga di usia 40 tahun ke atas, dr. Darrell tidak merekomendasikan para ibu diberikan KB suntik yang bisa meningkatkan hormon perempuan, sekaligus berimbas meningkatkan kanker payudara.
Selain KB suntik, ada juga KB yang sudah lebih modern yakni IUD dan spiral yang membuat pemakainya tidak perlu mendatangi dokter setiap saat, dan tidak meningkatkan kanker payudara karena tidak mempengaruhi hormon.
"Tapi sayangnya, perempuan indonesia lebih banyak memakai KB suntik, semuanya senang KB suntik, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun lamanya, padahal tidak dianjurkan untuk jangka panjang," ujar dokter yang berpraktik di Klinik Moegni itu.
Baca Juga: Satgas Covid-19: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 Naik di Indonesia
Tidak melulu buruk, kabar baiknya KB suntik ini bisa menurunkan risiko kanker indung telur dan kanker dinding rahim atau kanker ovarium. Sehingga KB ini cenderung jadi penyeimbang risiko kanker pada perempuan.
"Jadi di atas (kanker payudara) risikonya meningkat sedikit, di bawah (kanker ovarium dan indung telur) risikonya menurun. Jadi secara umumnya tidak ada masalah, tapi dengan catatan tidak pada perempuan lansia pada KB hormonal tersebut," tutup dr. Darrell.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya