Suara.com - Para ilmuwan telah mengembangkan tes virus corona Covid-19 yang sangat cepat dan bisa memberikan hasil kurang dari 5 menit.
Alat tes virus corona Covid-19 itu dibuat oleh para peneliti dari Universitas Oxford, yang sekaligus bisa mengidentifikasi berbagai jenis virus, termasuk influenza.
Nicolas Shiaelis, yang membantu merancang alat tes itu mengatakan, bahwa alat tesnya jauh lebih cepat daripada teknologi diagnostik lain yang ada.
"Alat tes kami bisa mendiagnosis virus kurang dari 5 menit dan bisa membuat pengujian massal menjadi kenyataan, menyediakan cara proaktif untuk mengendalikan wabah virus corona," jelas Nicolas mengutip dari Mirror UK, Sabtu (24/10/2020).
Tes super cepat ini bekerja dengan cara mengusap bagian tenggorokan, dan membutuhkan pelabelan partikel virus secara cepat dengan untaian DNA fluoresen pendek.
Kemudian, ahli akan menggunakan mikroskop untuk mengumpulkan sampel gambar, sebelum mesin perangkat lunak digunakan untuk mengidentifikasi adanya virus dalam sampel atau tidak.
"Tidak seperti tekonologi lain yang mendeteksi respons antibodi dengan persiapan lebih mahal, membosankan dan memakan waktu. Metode kami sangat cepat mendeteksi partikel virus yang utuh, artinya pengujiannya sederhana, cepat dan hemat biaya," kata Profesor Achilles Kapanidis, di Departemen Fisika Oxford.
Kini, para peneliti berencana mengembangkan perangkat terintegrasi yang bisa digunakan untuk pengujian virus corona Covid-19 dengan cepat di tempat seperti bandara, lingkungan perdagangan dan pertunjukan musik.
Para peneliti yakin alat tes virus corona Covid-19 super cepat ini bisa tersedia dan siap digunakan pada pertengahan 2021 mendatang.
Baca Juga: Inggris Membuat Tes Air Liur untuk Deteksi Virus Corona Hanya 15 Menit!
Saat ini pandemi virus corona Covid-19 di musim dingin tengah menjadi perhatian lebih, karena efek tak terduganya dari sirkulasi bersama SARS-CoV-2 dengan masalah saluran pernapasan lainnya di musim dingin.
"Kami telah menunjukkan bahwa alat tes ini bisa diandalkan untuk membedakan antara virus yang berbeda dalam sampel klinis, sebuah perkembangan yang menawarkan keuntungan penting di pandemi berikutnya," jelas Dr Nicole Robb, anggota Royal Society di Universitas Oxford.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya