Suara.com - Dalam epidemi yang menyebar secara cepat menjadi pandemi virus corona seperti sekarang ini, biasanya sebagian besar penduduk diperkirakan akan terinfeksi sebelum kekebalan kawanan atau herd immunity tercapai dan epidemi mereda.
Perkiraan ambang batas untuk herd immunity tercapai umumnya didasarkan pada model yang mengasumsikan semua individu dalam suatu populasi adalah identik atau homogen.
Banyak model epidemik didasarkan pada asumsi bahwa individu dalam suatu populasi pada dasarnya identik. Namun, dalam populasi yang sebenarnya, setiap orang berbeda.
Misalnya, beberapa orang bisa tidak terinfeksi meski sudah berinteraksi dengan orang yang terinfeksi. Kemungkinan ini disebabkan oleh sistem kekebalan yang lebih efektif.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Frank Jülicher dari Institut Max Planck untuk Fisika Sistem Kompleks telah menyelidiki pengaruh heterogenitas atau keaneragaman pada penyebaran epidemi.
Dalam hal ini, individu terinfeksi pertama kali adalah yang paling rentan. Hal ini menyebabkan peningkatan pesat dalam jumlah infeksi di awal pandemi, lapor Medical Xpress.
Namun, bagian populasi yang sangat rentan ini segera menjadi kebal atau mati. Karenanya, pada populasi yang tidak terinfeksi, kerentanan rata-rata terhadap virus menurun.
Hal ini memperlambat tingkat infeksi epidemi, sehingga ambang batas kekebalan kawanan bisa lebih rendah dari asumsi sebelumnya.
Dalam populasi homogen, kekebalan hanya memainkan peran penting dalam memengaruhi tingkat infeksi ketika sebagian besar populasi telah diimunisasi.
Baca Juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona Covid-19, Ini Daftarnya!
Oleh sebabnya, penurunan tingkat infeksi pada masa awal hanya dapat dilakukan dengan faktor lain, seperti tindakan penahan atau penghambat epidemi.
Tetapi, penurunan tingkat infeksi di masa awal tidak selalu hasil dari tindakan penahan saja, tetapi juga dapat dikaitkan dengan fakta bahwa suatu populasi mendekati kekebalan kawanan populasi yang heterogen.
Jadi, evaluasi efektivitas langkah-langkah penanggulangan epidemi juga harus mempertimbangkan heterogenitas suatu populasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya