Suara.com - Tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan melawan virus corona Covid-19 adalah kelompok yang paling berisiko tertular penyakit mematikan tersebut.
Tim koordinator relawan penanganan Covid-19, dr Muhammad Fajri Adda'i pun mengakui bahwa tenaga kesehatan memang kelompok yang paling berisiko tinggi, terutama yang bertugas di ruang penanganan khusus Covid-19.
Sebelumnya, dr Fajri mengatakan bahwa penanganan virus corona di Indonesia melibatkan seluruh bagian di bidang kesehatan, termasuk bidan. Semua tenaga kesehatan itu terbagi di rumah sakit layanan primer dan wilayah isolasi lain, seperti wisma atlet.
Tapi, dr Fajri menekankan bahwa tenaga kesehatan yang berisiko tinggi tertular virus corona adalah mereka yang bertugas di ruang ICU. Sebab, pasien virus corona yang mereka tangani jauh lebih berat daripada di ruangan lainnya.
"Karena, pasiennya jelas CPR dan kondisinya berat. Kemudian, (pasien) pakai ventilator, alat bantu napas dan sebagainya. Lalu, mereka (tenaga kesehatan) terpapar dalam durasi yang sangat panjang jadi risiko penularannya tinggi," jelas dr Fajri dalam webinar Suara.com berjudul "Jibaku Tenaga Kesehatan dan Satgas Tangani Covid-19 di Lapangan".
Bahkan tingginya risiko tenaga kesehatan tertular virus corona Covid-19 sudah terbukti di berbagai jurnal. Tenaga kesehatan terbukti memiliki risiko 11,5 kali lipat tertular virus corona dibandingkan masyarakat umum yang tidak terjun menangani kasus secara langsung.
Belum lagi, beban tugas pada tenaga kesehatan selama merawat pasien virus corona Covid-19. Fajri mengatakan bahwa tenaga kesehatan sama sekali tidak boleh melepas APD (Alat Pelindung Diri) selama jam kerjanya.
Bahkan mereka tidak bisa leluasa buang air kecil atau besar selama bekerja. Sebab, mereka harus mengganti APD bila membukanya di tengah segala keterbatasan.
"Misalnya, mereka kerja 8 jam ya selama waktu itu (APD) tidak boleh dilepas, tidak boleh buang air kecil atau BAB. Kalau dia (nakes) buka, maka dia harus ganti lagi APD-nya dengan yang baru," jelas dr Fajri.
Baca Juga: Belajar dari Gatot Brajamusti, Begini Pemulihan Stroke pada Pasien Diabetes
Sedangkan, dr Fajri menegaskan pemakaian APD juga tidak menjamin 100 persen mampu melindungi para nakes dari virus corona Covid-19.
Bahkan masker N95 yang disebut memiliki kelebihan mampu menangkal partikel kecil virus sebesar 95 persen, tetap ada peluang risiko 5 persen.
"Ketika pakai APD, itu pun juga nggak jamin. Tidak ada APD yang bisa menjamin 100 persen," tegasnya.
Di sisi lain, penularan virus corona Covid-19 di ruang perawatan juga sudah terbukti melalui udara. Artinya, penularan bukan lagi melalui cairan pernapasan tubuh yang mengontaminasi orang lain atau permukaan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?