Suara.com - Efektivitas vaksin Pfizer memberikan harapan tentang berakhirnya pandemi Covid-19.
Namun, seorang ilmuwan terkemuka asal Pakistan menyatakan vaksin virus corona Pfizer tidak cocok untuk Pakistan, atau negara-negara berkembang lainnya. Apa alasannya?
Berdasarkan pengatamannya, suhu minus 80 derajat Celsius diperlukan untuk menyimpannya serta kebutuhan untuk dua dosis imunisasi.
Hal ini tentu sulit dilakukan di Pakistan dan negara-negara berkembang lain yang memiliki iklim tropis.
Dilansir VOA Indonesia, Profesor Atta Ur Rahman, yang memimpin Gugus Tugas Sains dan Teknologi Pakistan, mengatakan terlalu dini sedikitnya bagi negaranya atau negara-negara berkembang lainnya dalam menyambut baik vaksin Pfizer itu.
"Ini adalah vaksin messenger RNA dan ini harus dikirim pada suhu minus 80 derajat Celsius, sehingga vaksin ini tidak cocok untuk negara-negara berkembang," kata Rahman kepada VOA.
"Infrastruktur ruang penyimpan cold storage dan rangkaiannya untuk membawa vaksin dari bandara ke kota-kota dan berbagai penjuru negara, tidak ada di dunia berkembang," jelas profesor itu.
Ia terus menyatakan bahwa pasien COVID-19 akan memerlukan dua dosis vaksin Pfizer dalam rentang waktu tiga pekan dan keharusan tempat penyimpanan bersuhu rendah membuat itu semua semakin sulit di Pakistan, di mana suhu rata-rata musim panas di bagian selatan dan barat daya negara itu membubung antara 40 dan 50 derajat Celsius.
Sebelumnya diberitakan, relawan vaksin potensial virus corona Covid-19, Pfizer melaporkan mengalami mabuk setelah menerima suntikan pertama vaksin.
Baca Juga: Mengenal Emergency Use Authorization pada Vaksin Covid-19 di Indonesia
Efek samping lain yang dilaporkan adalah sakit kepala, demam, dan nyeri otot.
Melansir dari India Today, mesekipun 90 persen efektif melawan infeksi Covid-19, namuan beberapa pasien melaporkan mabuk parah, sakit kepala, dan nyeri otot.
Menurut laporan oleh Daily Mail, Pfizer telah mendaftarkan lebih dari 43.500 orang di enam negara sebagai sukarelawan untuk uji klinis vaksin virus corona Covid-19.
Pfizer merupakan raksasa farmasi Amerika Serikat yang bekerja membuat vaksin bersama mitranya di Jerman, BioNTech.
Seorang sukarelawan, Glenn Deshields (44) mengatakan suntikan vaksin Pfizer membuatnya merasa seperti mabuk berat, tapi gejalanya cepat hilang.
Relawan lain, yakni Carrie mengatakan bahwa dia menerima suntikan pertama vaksin virus corona Pfizer pada bulan September dan satu suntikan lagi pada bulan Oktober.
Berita Terkait
-
Indonesia Resmi Akhiri KLB Polio Tipe 2, Menkes Ingatkan Anak-anak Tetap Harus Vaksin Sesuai Usia
-
Produsen Vaksin Global Bakal Gunakan AI Demi Hadapi Pandemi Berikutnya
-
Pengusaha Vaksin Dunia Kumpul di Bali, Bahas Strategi Jangka Panjang Industri Global
-
Realisasi vaksinasi rabies di Jakarta
-
Setelah Kasus Gigitan Anjing Rabies, Tabanan Evakuasi Anjing Liar
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis