Suara.com - Para peneliti di University of Wisconsin Madison menunjukkan cara untuk membangun kesehatan mental secara otodidak. Mereka mengembangkan opsi-opsi yang mungkin bisa membantu melawan stres terutama selama pandemi.
Melansir dari Medical News Today, studi ini telah diterbitkan dalam dalam Prosiding National Academy of Sciences of the United States of America.
"Secara tradisional, fokus dalam penelitian psikologi adalah pada pengobatan penyakit mental," kata Christy Wilson-Mendenhall dari Center for Healthy Minds di University of Wisconsin-Madison (UW-Madison) dan salah satu penulis penelitian.
"Kami berharap dapat memperluas percakapan untuk mendukung pengembangan kesejahteraan mental pada tahap apapun, bahkan ketika Anda relatif sehat," kata Wilson-Mendenhall.
Studi ini menyajikan empat program otodidak untuk meningkatkan kesejahteraan mental yang dapat bermanfaat bagi siapapun yang berjuang melawan stres. Berikut empat keterampilan yang harus diusahakan untuk meningkatkan kesejahteraan mental, antara lain:
1. Kesadaran
Pada konteks ini, maka kesadaran yang dimaksud berfokus pada lingkungan dan indera sekitarnya. Kesadaran melibatkan kesadaran diri untuk menjadi sadar, meningkatkan perasaan positif, dan mengurangi gangguan akibat informasi yang tidak diinginkan .
Seseorang dapat mempelajari kesadaran melalui berbagai latihan mental, termasuk meditasi.
2. Koneksi
Baca Juga: Jesy Nelson Disuntik Obat Penghilang Rasa Sakit 50 Kali sebelum Manggung
Terkoneksi dengan orang lain menjadi bentuk penghargaan terhadap orang lain dalam kehidupan seseorang. Hal ini juga mencerminkan kasih sayang dan saling memiliki yang baik untuk kesehatan mental.
3. Wawasan
Mengali minat pada pengetahuan diri dan keingintahuan terhadap bidang yang disukai.
"Pilar wawasan hanyalah menjadi ingin tahu tentang pikiran dan opini Anda yang terbentuk sebelumnya. Otak kita belum diatur sepenuhnya," ujar dokter Wilson-Mendenhall.
4. Tujuan
Dalam konteks tujuan mengacu pada mengembangkan pemahaman yang jelas tentang nilai dan motivasi diri. Memotivasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang juga dikaitkan dengan kesejahteraan mental dan fisik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!