Suara.com - Varian baru virus corona Covid-19 yang ditemukan di Kent, Inggris pada September 2020 lalu diketahui lebih menular 74 persen daripada varian sebelumnya.
Varian baru virus corona ini juga diyakini sebagai penyebab lonjakan kasus baru di Inggris, sehingga pemerintah Inggris memberlakukan lockdown ketiga untuk mengendalikan penyebaran.
Di sisi lain, para ilmuwan khawatir orang-orang yang sudah tertular virus corona justru kembali rentan dengan varian baru ini. Mereka juga mulai mempertanyakan keefektifam vaksin virus corona untuk melawan varian baru tersebut.
Tapi, Sir Patrick Vallance, Kepala Penasihat Ilmiah Pemerintah (GCSA) Inggris mengatakan nampaknya orang yang sudah pernah terinfeksi virus corona sebelumnya masih memiliki perlindungan. Sehingga mereka tidak rentan tertular varian baru virus corona.
"Sejauh ini yang kami ketahui adalah 22 perubahan dalam kode genetik membuat virus lebih mudah menular. Tetapi, itu tidak membuat virus tersembunyi dari sistem kekebalan. Jadi, Anda yang pernah mengalami infeksi sebelumnya, mungkin juga bisa melawan virus ini," jelas Sir Patrick dikutip dari The Sun.
Meski begitu, Sir Patrick memperingatkan bahwa ada kemungkinan varian baru virus corona di Afrika Selatan, yang pertama kali ditemukan di Inggris pada Desember 2020, mungkin lebih tangguh daripada sistem kekebalan manusia untuk melawannya.
Sir Patrick juga mengatakan varian virus corona Afrika Selatan itu mungkin memiliki beberapa efek pada keefektifan vaksin yang telah dipercaya sekarang ini.
"Secara teoritis sedikit lebih banyak risiko untuk tidak dikenali oleh sistem kekebalan. Tapi, belum ada yang menunjukkan bahwa itu masalahnya. Jadi sekarang sedang dilihat sangat aktif," ujarnya.
Perlu diingat bahwa Anda tidak hanya membuat satu antibodi untuk melawan satu virus, tetapi Anda akan membuat banyak antibodi untuk melawan virus yang berbeda ketika mendapatkan vaksin. Jadi, tidak mungkin varian baru ini akan lolos dari vaksin.
Baca Juga: Alamai Gejala Ini, Bisa Jadi Tanda Tertular Varian Baru Virus Corona
"Tapi, kami tetap belum tahu. Saat ini, kami hanya memberi tahu bahwa kemungkinan besar tidak akan menghilangkan efek vaksin," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda