Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan varian baru virus corona, yang awalnya ditemukan di Inggris, lebih menular dan kemungkinan akan mempercepat penyebaran virus.
Varian virus corona yang dikenal sebagai B.1.1.7 itu sudah menyebar ke berbagai negara dan analisis pemodelan menunjukkan hal itu dapat memperburuk penyebaran virus yang sudah 'mengerikan'.
Karenanya, menurut CDC, semua orang perlu melipatgandakan usahanya dalam mempraktikan protokol ksehatan.
"Artinya akan semakin sulit untuk mengendalikannya. Tindakan apa pun yang harus kita lakukan ke tingkat yang lebih tinggi, termasuk vaksinasi," kata Gregory Armstrong dari CDC, dilansir CNN.
Upaya vaksinasi perlu ditingkatkan, dan cakupannya perlu diperluas agar masyarakat terlindungi.
Varian virus baru sudah terdeteksi di banyak negara, terutama di Amerika Serikat. CDC mengatakan bahwa kemungkinan varian baru ini sudah menginfeksi lebih banyak orang daripada yang dilaporkan.
Menurut mereka, kemungkinan hal itu terjadi karena pola mutasi yang membuat virus lebih mudah menular muncul secara 'mandiri' saat menyebar pada manusia. Sebab, semakin banyak orang yang terindeksi, semakin besar kemungkinan viurs tersebut untuk bermutasi.
"Jika (kondisi) berlaku seperti yang terjadi sejauh ini di Inggris, Denmark, dan Irlandia, ya itu akan menjadi proporsi yang semakin besar dan lebih besar dari semua kasus di luar sana, tidak peduli apa yang kita lakukan," sambungnya.
Armstrong mengatakan meski ada kemungkinan besar kasus ini akan semakin meluas, apabila semua orang mematuhi tindakan protokol kesehatan yang disarankan, jumlah kasus tidak perlu meningkat.
Baca Juga: Wonogiri Kembali Zona Merah, Salah Satu Camat Terkonfirmasi Positif Corona
Ditambah lagi CDC perlu berbuat untuk mengawasi varian baru.
"CDC juga telah mengontrak beberapa laboratorium klinis komersial besar untuk secara cepat mengurutkan puluhan ribu spesimen SARS-CoV-2-positif setiap bulannya," lanjutnya.
Sementara itu, CDC juga mengawasi varian virus yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan, yang sekarang disebut B.1.351.
Ditambah mutasi baru yang terifdentisikasi pada emapt pelancong dari Brasil saat mereka tiba di Jepang. Jenis ini disebut B.1.1.28.
Ilmuwan mengkhawatirkan virus ini dapat berubah dengan cara lain yang dapat membantunya menghindari kekebalan vaksin, atau kekebalan yang diperkenalkan dengan pengobatan berbasis antibodi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi