Suara.com - Sebagai garda terdepan pandemi Covid-19, tenaga kesehatan (nakes) memang berisiko terinfeksi Covid-19. Tapi bukan hanya itu saja risiko yang harus dihadapi, para nakes ini juga berisiko mengalami burnout syndrome. Seperti yang dialami oleh seorang dokter asal Malaysia berikut.
Diwartakan World of Buzz, Rabu (20/1/2021), Dr. Ali Noor Hassan, sebagai garda terdepan penanganan pandemi Covid-19 di Malaysia,
meninggal pada 19 Januari 2021 kemarin, setelah jatuh sakit akibat kelelahan ekstrim dan kurang istirahat.
Sejak 2 tahun lalu, Dr. Ali adalah salah satu dokter anggota petugas penanganan jenazah di khusus di Surau Quba (SPJM) di Kementerian Kesehatan Malaysia.
Foto terakhir menunjukkan bagaimana Dr. Ali jatuh sakit karena kelelahan. Beban kerja yang berat membuatnya jatuh sakit karena kurang tidur, akibat bekerja di garis terdepan pandemi Covid-19.
Dr. Ali kerap kali didapatkan tertidur, bahkan hingga pingsan saat sedang bertugas. Akhirnya Dr. Ali dirawat di rumah sakit sejak akhir Desember 2020, dan pada 18 Januari 2021 ia dikabarkan kritis di Hospital Kuala Lumpul (HKL). Keesokan harinya, 19 Januari 2021, ia dikabarkan meninggal dunia.
"Setiap kali ada peristiwa besar terkait kesehatan di Sabah, Dr. Ali akan datang dari Selangor untuk melayani secara sukarela sebagai relawan menjadi petugas medis," tulis postingan Skuad Pengurusan Jenazah SPJM Malaysia.
Burnout syndrome sendiri merupakan kondisi yang diakibatkan dari rasa stres kronis karena pekerjaan yang tidak kunjung selesai atau membuahkan hasil. Dan kondisi burnout syndrome yang dialami Dr. Ali biasanya memiliki tiga tanda, yakni perasaan kekurangan energi atau kelelahan, perasaan tidak bergairah, serta negatif atau sinis terhadap pekerjaan.
Mengutip Verywell Mind, petugas medis termasuk dokter jadi salah satu pekerjaan yang berisiko tingggi mengalami burnout syndrome. Data penelitian di 2019 dari National Physician Burnout, Depression, and Suicide Report menunjukkan bahwa 44 persen dokter mengalami burnout dalam pekerjaanya sehari-hari. Ini bisa terjadi karena dokter mendapatkan beban dan risiko pekerjaan yang lebih berat, dibanding timbal balik gaya hidup yang bisa mereka dapatkan.
Baca Juga: Tenaga Kesehatan di Sulsel Menolak Disuntik Vaksin Covid-19, Ada Apa ?
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?
-
Manfaat Jeda Sejenak, Ketenangan yang Menyelamatkan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
-
WHO Apresiasi Kemajuan Indonesia dalam Pengembangan Obat Herbal Modern
-
Stop Diet Ekstrem! 3 Langkah Sederhana Perbaiki Pencernaan, Badan Jadi Lebih Sehat
-
Prodia Skrining 23.000 Lansia di Indonesia, Dukung Deteksi Dini dan Pencegahan Demensia
-
Perjalanan Spiritual dan Mental, Gilang Juragan 99 Tuntaskan Chicago Marathon
-
Turun Berat Badan Tanpa Drama, Klinik Obesitas Digital Ini Siap Dampingi Perjalanan Dietmu
-
Tips Jaga Kesehatan Kulit di Tengah Tumpukan Pekerjaan Akhir Tahun
-
RS Swasta Gelar Pameran Kesehatan Nasional, Ajak Publik Hidup Lebih Sehat dan Peduli Diri
-
Lawan Kanker: Tenaga Biomedis RI Digenjot Kuasai Teknologi Pencitraan Medis!