Suara.com - Perokok dan vegetarian mungkin berisiko lebih rendah terinfeksi virus corona Covid-19. Hal ini dinyatakan dalam survey seropositif (orang yang telah terinfeksi) melalui pemeriksaan antibodi di India yang dilakukan oleh Council of Scientific and Industrial Research India (CSIR) di hampir 40 institutnya.
Survei tersebut juga menemukan bahwa mereka yang bergolongan darah O mungkin kurang rentan terhadap infeksi. Sementara orang dengan golongan darah B dan AB berisiko lebih tinggi.
Untuk studinya, CSIR mengambil sampel dari 10.427 individu dewasa yang bekerja di laboratorium atau institusi beserta anggota keluarganya. Studi ini dipimpin oleh CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB).
Studi ini menyebutkan dari 10.427 individu, 1.058 di antaranya atau 10,14 persen memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.
“Penemuan kami menunjukkan bahwa perokok cenderung tidak menjadi seropositif (orang yang telah terinfeksi)," catat para peneliti.
"Ini laporan pertama dari populasi umum dan bagian dari bukti yang berkembang bahwa meskipun Covid-19 adalah penyakit pernapasan, merokok mungkin melindungi,” kata penelitian tersebut.
Penelitian ini juga mengutip dua penelitian dari Prancis dan laporan serupa dari Italia, New York dan China yang melaporkan tingkat infeksi yang lebih rendah di antara perokok.
“Studi tersebut menemukan bahwa seropositif yang lebih tinggi ditemukan pada mereka yang menggunakan transportasi umum dan dengan pekerjaan seperti petugas keamanan, petugas rumah tangga, bukan perokok, dan non-vegetarian,” kata Shantanu Sengupta, ilmuwan senior di IGIB dan salah satu dari rekan penulis makalah tersebut.
"Penggunaan transportasi pribadi, pekerjaan dengan eksposur rendah, merokok, vegetarian dan golongan darah A atau O tampaknya melindungi," catat para peneliti.
Baca Juga: Kabar Baik, Astronot Apollo 11 Buzz Aldrin Dapat Vaksin Covid-19
Sengupta mengatakan bahwa penelitian ini memantau selama tiga bulan pada 35 individu hingga enam bulan pada 346 individu untuk melihat antibodi.
“Kami melakukan tes antibodi normal dan tes antibodi netralisasi untuk memahami prevalensi dan durasi antibodi,” katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara